31 Agustus 2020

I’TIKAF

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 

Puja dan puji kepada Maha Agung pemilik semesta alam, yang menggenggam hidup semua makhluk di tangan-Nya, tiada tuhan patut disembah kecuali Allah سبحانه وتعال. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada suri teladan kita, manusia pilihan Allah, imam kita, Nabi Muhammad ﷺ beserta keluarga, shahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Berawal dari kedatangan serombongan tamu yang mengunjungi masjid kami yang kemudian beri’tikaf dan setelah 3 hari mereka melanjutkan khuruj ke masjid lain. Kebetulan saya sempat berdialog dengan salah seorang dari mereka (mungkin amirnya) karena penampilannya dengan gamis putih dan berjenggot putih lebat dan tampak sudah sepuh yang sebelumnya mendoakan 3 orang yang saya lihat dari kejauhan. Karena tamu-tamu tersebut dari daerah asal istri saya, maka terjadilah dialog perkenalan dan asal daerah juga yang lain. Kemudian beliau mengarah satu dinding masjid yang tertempel tulisan “DILARANG TIDUR DALAM MASJID”. Selanjutnya beliau mengatakan: “Yang menempelkan tulisan ini tidak tahu hukum, coba cari haditsnya di Bukhari bab tidur dalam masjid”!
Saya terhenyak, karena tulisan itu memang saya yang menempelkannya yang mungkin sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Saya akui ketika itu memang belum tahu hukumnya dan saya melakukan itu atas rujukkan ulama setempat. Kebetulan saya membawa smart phone dan membuka aplikasi Ensiklopedi kitab 9 Imam lalu searching “tidur di masjid” dan ketemu hadits Sunan Tirmidzi 295, demikian isinya :

Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata; telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Salim dari Ibnu Umar ia berkata;
"Pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kami tidur di masjid, sedang waktu itu kami masih muda." Abu Isa berkata; "Hadits Ibnu Umar ini derajatnya hasan shahih. Sebagian ahli ilmu memberi keringanan untuk diperbolehkannya tidur di masjid." Ibnu Abbas berkata; "Jangan kalian jadikan ia (masjid) sebagai tempat untuk tidur siang atau tidur malam." Dan sebagian dari ahli ilmu berpendapat dengan ucapan Ibnu Abbas tersebut.

Hadits ini saya bacakan dan saya ulang pada tulisan tercetak tebal. Kelihatannya ia menghindar sambil pamit katanya sudah ditunggu yang lain sambil berucap : “Tapi kalau i’tikaf kan tidak masalah”, lalu mengucapkan salam dan saya pun menjawab salamnya.

Sesampai di rumah, dada masih terasa berdegub kencang, ada perasaan yang mengganjal karena hal tersebut. Saya coba untuk memulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menginventaris hadits-hadits yang berkaitan, kemudian saya print dan saya sodorkan ke teman (sealiran dengan mereka). “Tolong sekalian aja dibikin artikel biar nanti saya foto copy dan saya bagikan keteman-teman” kata dia. Berangkat dari peristiwa ini jadilah dua tulisan saya, yang sebelumnya bertema: “BOLEHKAH TIDUR DI MASJID?” (klik di sini) dan ini tulisan berikutnya, “I’TIKAF”.

Inilah hadits-hadits yang mampu saya inventarisir dan diklasifikasikan berdasarkan kategori :

1.  I’ktikaf sepuluh hari yang akhir dari bulan Ramadhan


صحيح البخاري ١٨٨٥: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ أَنَّ نَافِعًا أَخْبَرَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ


Shahih Bukhari 1885: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada saya Ibnu Wahab dari Yunus bahwa Nafi' mengabarkannya dari 'Abdullah bin 'Umar رضي الله عنه berkata: 
"Rasulullah ﷺ beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan". (juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 1.886, 1.887, 1.904; Shahih Muslim 2. 002, 2.003, 2.004, 2.005, 2.006; Sunan Tirmidzi 720;  Sunan Abu Daud 2.106, 2,107, 2.109; Sunan Ibnu Majah 1.760, 1.763, Musnad Ahmad 23.387)
 
2.  Istri-istri Rasulullah i’tikaf setelah wafatnya Rasulullah


صحيح البخاري ١٨٨٦: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ


Shahih Bukhari 1886: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair dari 'Aisyah رضي الله عنها, istri Nabi ﷺ 
bahwa Nabi ﷺ beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri Beliau beri'tikaf setelah kepergian Beliau. (juga diriwayatkan dalam Shahih Muslim 2.006; Sunan Abu Daud 2.106)
 

3.  Mengqadha i’tikaf  bulan Ramadhan di bulan Syawal


صحيح البخاري ١٩٠٠: حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ سَلَامٍ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلِ بْنِ غَزْوَانَ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ وَإِذَا وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِي اعْتَكَفَ فِيهِ قَالَ فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ أَنْ تَعْتَكِفَ فَأَذِنَ لَهَا فَضَرَبَتْ فِيهِ قُبَّةً فَسَمِعَتْ بِهَا حَفْصَةُ فَضَرَبَتْ قُبَّةً وَسَمِعَتْ زَيْنَبُ بِهَا فَضَرَبَتْ قُبَّةً أُخْرَى فَلَمَّا انْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْغَدَاةِ أَبْصَرَ أَرْبَعَ قِبَابٍ فَقَالَ مَا هَذَا فَأُخْبِرَ خَبَرَهُنَّ فَقَالَ مَا حَمَلَهُنَّ عَلَى هَذَا آلْبِرُّ انْزِعُوهَا فَلَا أَرَاهَا فَنُزِعَتْ فَلَمْ يَعْتَكِفْ فِي رَمَضَانَ حَتَّى اعْتَكَفَ فِي آخِرِ الْعَشْرِ مِنْ شَوَّالٍ


Shahih Bukhari 1.900: Telah menceritakan kepada kami Muhammad dia adalah Ibnu Salam telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Fudhail bin Ghozwan dari Yahya bin Sa'id dari 'Amrah binti 'Abdurrahman dari 'Aisyah رضي الله عنها berkata: 
Rasulullah ﷺ selalu beri'tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat Shubuh Beliau masuk ke tempat khusus i'tikaf Beliau. Dia (Yahya bin Sa'id) berkata: Kemudian 'Aisyah رضي الله عنها  meminta izin untuk bisa beri'tikaf bersama Beliau, maka Beliau mengizinkannya. Lalu 'Aisyah رضي الله عنها  membuat tenda khusus. Kemudian hal ini didengar oleh Hafshah, maka dia pun membuat tenda serupa. Begitu juga hal ini kemudian didengar oleh Zainab maka dia pun membuat tenda yang serupa. Ketika Beliau selesai dari shalat Shubuh Beliau melihat tenda-tenda tersebut, maka Beliau berkata: "Apa ini?" Lalu Beliau diberi tahu dengan apa yang telah diperbuat oleh mereka (para istri beliau). Maka Beliau bersabda: "Apa yang mendorong mereka sehingga beranggapan bahwa tenda-tenda ini adalah jalan kebajikan? Bongkarlah tenda-tenda itu, aku tidak mau melihatnya". Maka tenda-tenda itu dibongkar dan Beliau tidak meneruskan i'tikaf Ramadhan hingga kemudian Beliau melaksanakannya pada sepuluh akhir dari bulan Syawal. (juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 1.904; Shahih Muslim 2007)
 

سنن أبي داوود ٢١٠٨: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَيَعْلَى بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ قَالَتْ وَإِنَّهُ أَرَادَ مَرَّةً أَنْ يَعْتَكِفَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ قَالَتْ فَأَمَرَ بِبِنَائِهِ فَضُرِبَ فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ أَمَرْتُ بِبِنَائِي فَضُرِبَ قَالَتْ وَأَمَرَ غَيْرِي مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبِنَائِهِ فَضُرِبَ فَلَمَّا صَلَّى الْفَجْرَ نَظَرَ إِلَى الْأَبْنِيَةِ فَقَالَ مَا هَذِهِ آلْبِرَّ تُرِدْنَ قَالَتْ فَأَمَرَ بِبِنَائِهِ فَقُوِّضَ وَأَمَرَ أَزْوَاجُهُ بِأَبْنِيَتِهِنَّ فَقُوِّضَتْ ثُمَّ أَخَّرَ الِاعْتِكَافَ إِلَى الْعَشْرِ الْأُوَلِ يَعْنِي مِنْ شَوَّالٍ قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ ابْنُ إِسْحَقَ وَالْأَوْزَاعِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ نَحْوَهُ وَرَوَاهُ مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ مِنْ شَوَّالٍ


Sunan Abu Daud 2.108: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, serta Ya'la bin 'Ubaid dari Yahya bin Sa'id, dari 'Amrah dari Aisyah, ia berkata; 
Rasulullah ﷺ apabila hendak beri'tikaf maka beliau melakukan shalat fajar kemudian memasuki tempat i'tikaf beliau. Aisyah berkata; suatu kali beliau hendak beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir Bulan Ramadhan, kemudian beliau memerintahkan agar dibuatkan tempat untuk beliau. Lalu tatkala aku melihat hal tersebut maka aku memerintahkan agar dibuatkan tempat untukku. Aisyah berkata; dan beliau memerintahkan isteri Nabi yang lain agar membuat tempat. Kemudian tatkala telah melakukan shalat fajar maka beliau melihat bangunan-bangunan tersebut dan berkata: "Kebaikan apakah yang kalian inginkan?" Aisyah berkata; kemudian beliau memerintahkan agar dibuatkan tempat beliau, lalu tempat tersebut dihilangkan, dan para istri beliau memerintahkan agar didirikan tempat buat mereka, lalu tempat tersebut dihilangkan. Kemudian beliau menunda i'tikaf hingga sampai pada sepuluh pertama bulan Syawal. Abu Daud berkata; hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, dan Al Auza'i, dari Yahya bin Sa'id seperti itu. Dan telah diriwayatkan oleh Malik dari Yahya bin Sa'id, ia berkata; beliau beri'tikaf dua puluh hari bulan Syawal.
 

4.  Tidak i’tikaf Ketika Safar


سنن ابن ماجه ١٧٦٠: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ فَسَافَرَ عَامًا فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْعَامِ الْمُقْبِلِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا


Sunan Ibnu Majah 1760: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Mahdi dari Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Abu Rafi' dari Ubai bin Ka'b berkata: 
"Nabi ﷺ beri'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir di bulan ramadlan, lalu beliau bersafar selama satu tahun. Maka pada tahun berikutnya beliau beri'tikaf selama dua puluh hari. "
 

سنن أبي داوود ٢١٠٧: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ أَخْبَرَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ فَلَمْ يَعْتَكِفْ عَامًا فَلَمَّا كَانَ فِي الْعَامِ الْمُقْبِلِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ لَيْلَةً


Sunan Abu Daud 2,107: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah mengabarkan kepada kami Tsabit dari Abu Rafi' dari Ubai bin Ka'bin, 
bahwa Nabi ﷺ beri'tikaf sepuluh hari Bulan Ramadhan, dan beliau tidak beri'tikaf satu tahun. Kemudian tatkala pada tahun mendatang beliau beri'tikaf selama dua puluh malam. (juga diriwayatkan dalam Sunan Tirmidzi 732)
 

5.  I’tikaf 20 hari pada tahun Rasulullah meninggal


صحيح البخاري ١٩٠٣: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا


Shahih Bukhari 1903: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Bakar dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah رضي الله عنه berkata; 
Nabi ﷺ selalu beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri'tikaf selama dua puluh hari". (juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 1.887; Sunan Ibnu Majah 1.759; Sunan Abu Daud 2.110; Sunan Tirmidzi 732)
 

صحيح البخاري ١٨٩٥: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُنِيرٍ سَمِعَ هَارُونَ بْنَ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُبَارَكِ قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قُلْتُ

هَلْ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ قَالَ نَعَمِ اعْتَكَفْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ قَالَ فَخَرَجْنَا صَبِيحَةَ عِشْرِينَ قَالَ فَخَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَبِيحَةَ عِشْرِينَ فَقَالَ إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نُسِّيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي وِتْرٍ فَإِنِّي رَأَيْتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ وَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلْيَرْجِعْ فَرَجَعَ النَّاسُ إِلَى الْمَسْجِدِ وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءِ قَزَعَةً قَالَ فَجَاءَتْ سَحَابَةٌ فَمَطَرَتْ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَسَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الطِّينِ وَالْمَاءِ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي أَرْنَبَتِهِ وَجَبْهَتِهِ


Shahih Bukhari 1895: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Munir dia mendengar Harun bin Isma'il telah menceritakan kepada kami 'Ali bin AL Mubarak berkata, telah menceritakan kepada saya Yahya bin Abu Katsir berkata, aku mendengar Abu Salamah bin 'Abdurrahman berkata; Aku pernah bertanya kepada Abu Sa'id Al Khudriy, aku katakan: 
"Apakah kamu pernah mendengar Rasulullah ﷺ memberitahukan tentang Lailatul Qadar?" Dia menjawab: "Ya pernah, kami pernah ber'i'tikaf bersama Rasulullah ﷺ pada sepuluh malam pertengahan dari bulan Ramadhan. Dia berkata: "Kemudian kami keluar pada pagi hari kedua puluh. Dia berkata: "Kemudian Rasulullah ﷺ memberikan khuthbah kepada kami pada pagi hari kedua puluh dan berkata: "Sungguh aku diperlihatkan (dalam mimpi) tentang Lailatul Qadar namun aku dilupakan waktunya yang pasti. Maka carilah pada sepuluh malam-malam akhir dan pada malam yang ganjil. Sungguh aku melihat dalam mimpi, bahwa aku sujud di atas tanah dan air (yang becek). Oleh karena itu siapa yang sudah beri'tikaf bersama Rasulullah ﷺ maka kembalilah beri'tikaf". Maka orang-orang kembali ke masjid. Dan saat itu tidaklah kami melihat awan yang tipis sekalipun di langit hingga kemudian tiba-tiba datang awan yang banyak lalu hujan turun. Kemudian shalat didirikan, Rasulullah  sujud di atas tanah yang becek dan air hingga aku melihat sisa-sisa tanah pada ujung hidung dan dahi Beliau. (juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 1.887; Sunan Tirmidzi 722)
 

6.  I’tikaf nadzar


صحيح البخاري ١٨٩١: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ

أَنَّ عُمَرَ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُنْتُ نَذَرْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ أَعْتَكِفَ لَيْلَةً فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ قَالَ فَأَوْفِ بِنَذْرِكَ


Shahih Bukhari 1891: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari 'Ubaidullah telah mengabarkan kepada saya Nafi' dari Ibnu 'Umar رضي الله عنهما

bahwa 'Umar bertanya kepada Nabi ﷺ katanya: "Aku pernah bernadzar di zaman jahiliyyah untuk beri'tikaf dalam satu malam di Al Masjidil Haram". Maka Beliau berkata: "Tunaikanlah nadzarmu itu". (juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 1.902, 1.902; Sunan Ibnu Majah 1762)


سنن أبي داوود ٢١١٦: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُدَيْلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ

أَنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ جَعَلَ عَلَيْهِ أَنْ يَعْتَكِفَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ لَيْلَةً أَوْ يَوْمًا عِنْدَ الْكَعْبَةِ فَسَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اعْتَكِفْ وَصُمْ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبَانَ بْنِ صَالِحٍ الْقُرَشِيُّ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ يَعْنِي الْعَنْقَزِيَّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُدَيْلٍ بِإِسْنَادِهِ نَحْوَهُ قَالَ فَبَيْنَمَا هُوَ مُعْتَكِفٌ إِذْ كَبَّرَ النَّاسُ فَقَالَ مَا هَذَا يَا عَبْدَ اللَّهِ قَالَ سَبْيُ هَوَازِنَ أَعْتَقَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَتِلْكَ الْجَارِيَةُ فَأَرْسَلَهَا مَعَهُمْ


Sunan Abu Daud 2116: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Budail, dari 'Amr bin Dinar, dari Ibnu Umar 
bahwa Umar رضي الله عنه telah mewajibkan dirinya pada masa jahiliyah untuk beri'tikaf satu malam atau satu hari. Kemudian ia bertanya kepada Nabi ﷺ. Lalu beliau berkata: "Beri'tikaflah dan berpuasalah!" Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Umar bin Muhammad bin Aban bin Shalih Al Qurasyi, telah menceritakan kepada kami 'Amr bin Muhammad Al 'Anqazi dari Abdullah bin Budail dengan sanadnya seperti itu, ia berkata; ketika Abdullah dalam keadaan beri'tikaf, tiba-tiba orang-orang bertakbir. Umar berkata; apa ini wahai Abdullah? Ia berkata; tawanan perang Hawazin, Nabi ﷺ telah membebaskannya. Umar berkata; dan budak wanita tersebut. Kemudian ia mengirimkannya.
 

سنن الدارمي ١٦٢: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى وَعَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي سُهَيْلٍ قَالَ

كَانَ عَلَى امْرَأَتِي اعْتِكَافُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَسَأَلْتُ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَعِنْدَهُ ابْنُ شِهَابٍ قَالَ قُلْتُ عَلَيْهَا صِيَامٌ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ لَا يَكُونُ اعْتِكَافٌ إِلَّا بِصِيَامٍ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ أَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا قَالَ فَعَنْ أَبِي بَكْرٍ قَالَ لَا قَالَ فَعَنْ عُمَرَ قَالَ لَا قَالَ فَعَنْ عُثْمَانَ قَالَ لَا قَالَ عُمَرُ مَا أَرَى عَلَيْهَا صِيَامًا فَخَرَجْتُ فَوَجَدْتُ طَاوُسًا وَعَطَاءَ بْنَ أَبِي رَبَاحٍ فَسَأَلْتُهُمَا فَقَالَ طَاوُسٌ كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ لَا يَرَى عَلَيْهَا صِيَامًا إِلَّا أَنْ تَجْعَلَهُ عَلَى نَفْسِهَا قَالَ وَقَالَ عَطَاءٌ ذَلِكَ رَأْيِي


Sunan Darimi 162: Telah mengabarkan kepada kami Ibrahim bin Musa dan 'Amru bin Zurarah dari Abdul Aziz bin Muhammad dari Abu Suhail ia berkata; 
"Dahulu, isteriku pernah bernadzar untuk beri'tikaf di Masjidil Haram selama tiga hari. Kemudian, aku bertanya kepada Umar bin Abdul Aziz رحمه الله yang saat itu sedang bersama Syihab. Aku bertanya: 'Apakah ia juga wajib berpuasa? ', Ibnu Syihab menjawab: 'Tidak ada i'itikaf kecuali dilakukan sambil berpuasa'. Saat itu, Umar bin Abdul Aziz رحمه الله terus bertanya: 'Adakah keterangan yang demikian berasal dari Nabi ﷺ? ' Ia menjawab: 'tidak'. Kemudian, Umar bin Abdul Aziz رحمه الله bertanya: 'Adakah keterangan dari Abu Bakar رضي الله عنه ia menjawab: 'tidak ada', ia bertanya: 'adakah keterangan dari Umar رضي الله عنه, ia menjawab: 'tidak ada juga' ia bertanya: 'adakah keterangan dari Utsman رضي الله عنه, ia menjawab: 'tidak ada'. Umar رضي الله عنه berkata: 'Menurutku tidak wajib bagi wanita itu untuk berpuasa', Lalu aku keluar dan bertemu Thawus dan 'Atho` bin Abu Rabbah, aku bertanya kepada keduanya. Thawus menjawab: 'Dahulu Ibnu Abbas رضي الله عنه (pernah berfatwa) bahwa wanita tersebut tidak wajib puasa, kecuali jika ia bernadzar untuk berpuasa'. Kemudian `Atha` berkata: 'Begitu juga pendapatku'".
 

7.  Orang yang haid tidak boleh i’tikaf


صحيح البخاري ١٨٨٨: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ هِشَامٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصْغِي إِلَيَّ رَأْسَهُ وَهُوَ مُجَاوِرٌ فِي الْمَسْجِدِ فَأُرَجِّلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ


Shahih Bukhari 1888: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Yahya dari Hisyam berkata, telah mengabarkan kepada saya bapakku dari 'Aisyah رضي الله عنها berkata: 
"Nabi ﷺ menjulurkan kepala Beliau kepadaku ketika sedang beri'tikaf di masjid lalu aku menyisir rambut Beliau sedangkan aku saat itu sedang haidh". . (juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 1.890; Sunan Abu Daud 2.112; Sunan Ibnu Majah 1768; Sunan Tirmidzi 733)
 

8.  Orang yang isthadhah boleh i’tikaf


سنن أبي داوود ٢١١٧: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَا حَدَّثَنَا يَزِيدُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ

اعْتَكَفَتْ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ امْرَأَةٌ مِنْ أَزْوَاجِهِ فَكَانَتْ تَرَى الصُّفْرَةَ وَالْحُمْرَةَ فَرُبَّمَا وَضَعْنَا الطَّسْتَ تَحْتَهَا وَهِيَ تُصَلِّي


Sunan Abu Daud 2117: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isa, serta Qutaibah bin Sa'id, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Yazid dari Khalid dari Ikrimah dari Aisyah, رضي الله عنها , ia berkata; 
Nabi ﷺ beri'tikaf bersama salah seorang isteri beliau, lalu ia melihat warna kuning atau merah, kemungkinan kami telah meletakkan baskom di bawahnya, sementara ia sedang melakukan shalat. . (juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 300; Sunan Ibnu Majah 1.770; Musnad Ahmad 23.849)
 

9.  Menghidupkan malam-malamnya


صحيح مسلم ٢٠٠٨: حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ صُبَيْحٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ


Shahih Muslim 2008: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali dan Ibnu Abu Umar semuanya dari Ibnu Uyainah - Ishaq berkata- telah mengabarkan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Abu Ya'fur dari Muslim bin Shubaih dari Masruq dari Aisyah رضي الله عنها , ia berkata; 
Ketika Rasulullah ﷺ memasuki sepuluh terakhir (Ramadhan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi istrinya untuk lebih konsentrasi beribadah)." (juga diriwayatkan dalam shahih Bukhari 1.884; Sunan Abu Daud 1.168;  Sunan Ibnu Majah 1.758, Musnad Ahmad 1.050, 23.001, 23.254)
 

10.  Lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya


صحيح مسلم ٢٠٠٩: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ كِلَاهُمَا عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ زِيَادٍ قَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ يَقُولُ سَمِعْتُ الْأَسْوَدَ بْنَ يَزِيدَ يَقُولُ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ


Shahih Muslim 2009: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Abu Kamil Al Jahdari keduanya dari Abdul Wahid bin Ziyad - Qutaibah berkata- Telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid dari Al Hasan bin Ubaidullah ia berkata, saya mendengar Ibrahim berkata; saya mendengar Al Aswad bin Yazid berkata, Aisyah berkata; 
"Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah ﷺ lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya." (juga diriwayatkan dalam Sunan Tirmidzi 726;  Sunan Ibnu Majah 1.757, Musnad Ahmad 23.387, 23.766, 24.992)
 

11.  Bolehnya keluar dari i’tikaf karena keperluan manusia


سنن أبي داوود ٢١١١: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اعْتَكَفَ يُدْنِي إِلَيَّ رَأْسَهُ فَأُرَجِّلُهُ وَكَانَ لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةِ الْإِنْسَانِ

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَا حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ وَعَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَكَذَلِكَ رَوَاهُ يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَلَمْ يُتَابِعْ أَحَدٌ مَالِكًا عَلَى عُرْوَةَ عَنْ عَمْرَةَ وَرَوَاهُ مَعْمَرٌ وَزِيَادُ بْنُ سَعْدٍ وَغَيْرِهِمَا عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ


Sunan Abu Daud 2.111: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, dari Malik dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair, dari 'Amrah binti Abdurrahman dari Aisyah, ia berkata;  
apabila Rasulullah ﷺ hendak beri'tikaf, maka beliau mendekatkan kepalanya kepadaku, lalu aku menyisir rambutnya. Dan beliau tidak memasuki rumah kecuali karena suatu keperluan manusia.

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, serta Abdullah bin Maslamah, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Al Laits, dari Ibnu Syihab, dari 'Urwah serta 'Amrah, dari Aisyah, dari Nabi ﷺ seperti itu. Abu Daud berkata; dan begitu juga hadits tersebut diriwayatkan oleh Yunus dari Az Zuhri, dan tidak ada seorang pun yang mengikutkan Malik atas 'Urwah, dari 'Amrah. Dan hadits tersebut telah diriwayatkan oleh Ma'mar, serta Ziyad bin Sa'd dan yang lainnya dari Az Zuhri dari 'Urwah dari Aisyah. (juga diriwayatkan dalam  Sunan Ibnu Majah 1.766, Sunan Tirmidzi 733; Musnad Ahmad 23.588, 24.792, 25.076, 25.204, Muwatha' Malik 610, 607)


12.  Ketika i’tikaf boleh dikunjungi istri


صحيح البخاري ١٨٩٨: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنِي أَخِي عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي عَتِيقٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ صَفِيَّةَ بِنْتَ حُيَيٍّ أَخْبَرَتْهُ ح و حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ يُخْبِرُ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ

أَنَّ صَفِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَلَمَّا رَجَعَتْ مَشَى مَعَهَا فَأَبْصَرَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا أَبْصَرَهُ دَعَاهُ فَقَالَ تَعَالَ هِيَ صَفِيَّةُ وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ هَذِهِ صَفِيَّةُ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ قُلْتُ لِسُفْيَانَ أَتَتْهُ لَيْلًا قَالَ وَهَلْ هُوَ إِلَّا لَيْلٌ


Shahih Bukhari 1898: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Abdullah berkata, telah mengabarkan kepada saya saudaraku dari Sulaiman dari Muhammad bin Abu 'Atiq dari Ibnu Syihab dari 'Ali bin Al Husain رضي الله عنهم bahwa Shafiyah isteri Nabi ﷺ mengabarkan kepadanya. Dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah menceritakan kepada kami Sufyan aku mendengar Az Zuhriy dari 'Ali bin Al Husain رضي الله عنهم

bahwa Shafiyah رضي الله عنها menemui Nabi ﷺ ketika Beliau sedang i'tikaf. Ketika dia kembali Beliau berjalan mendampinginya. Kemudian ada seorang dari Kaum Anshar yang melihat Beliau. Setelah Beliau melihatnya, Beliau memanggil orang itu lalu berkata: "Dia adalah Shafiyah". Sufyan beranggapan, Beliau ﷺ berkata: "Ini adalah Shafiyah. Sesungguhnya syetan berjalan pada diri manusia lewat aliran darah". Aku bertanya kepada Sufyan: "Apakah Shafiyah رضي الله عنها menemui Beliau ﷺ pada malam hari?" Sufyan berkata: Memang, tidak lain kecuali di malam hari". (juga diriwayatkan dalam  Shahih Bukhari 1.894, 1.897, 1.898; Sunan Abu Daud 2.113)


13.  Boleh mengantar mayat dan menjenguk orang sakit
 

سنن ابن ماجه ١٧٦٧: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا الْهَيَّاجُ الْخُرَاسَانِيُّ حَدَّثَنَا عَنْبَسَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ الْخَالِقِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُعْتَكِفُ يَتْبَعُ الْجِنَازَةَ وَيَعُودُ الْمَرِيضَ


Sunan Ibnu Majah 1767: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manshur Abu Bakr berkata, telah menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Al Hayyaj Al Khurasani berkata, telah menceritakan kepada kami 'Anbasah bin 'Abdurrahman dari Abdul Khaliq dari Anas bin Malik ia berkata,

Rasulullah  ﷺ bersabda: "Orang yang beri'tikaf boleh mengantar mayat dan mengunjungi orang sakit. "

 

14.  Tidak menjenguk orang sakit tapi pernah

 

سنن أبي داوود ٢١١٤: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ حَرْبٍ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ بْنُ أَبِي سُلَيْمٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَ النُّفَيْلِيُّ قَالَتْ

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمُرُّ بِالْمَرِيضِ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَيَمُرُّ كَمَا هُوَ وَلَا يُعَرِّجُ يَسْأَلُ عَنْهُ وَقَالَ ابْنُ عِيسَى قَالَتْ إِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُ الْمَرِيضَ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ


Sunan Abu Daud 2114: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad An Nufaili, dan Muhammad bin Isa, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Abdussalam bin Harb, telah mengabarkan kepada kami Al Laits bin Abu Sulaim, Abdurrahman bin Al Qasim, dari ayahnya dari Aisyah, An Nufaili berkata; Aisyah berkata;

Rasulullah ﷺ melewati orang yang sedang sakit. Sementara beliau dalam keadaan sedang beri'tikaf, lalu beliau lewat dalam keadaan seperti itu tidak berbelok untuk bertanya mengenai orang tersebut. Ibnu Isa berkata; Aisyah berkata; sesungguhnya Nabi ﷺ pernah mengunjungi orang yang sakit sementara beliau dalam keadaan beri'tikaf.

 

15.  Yang disunnahkan ketika i’tikaf
 

سنن أبي داوود ٢١١٥: حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ أَخْبَرَنَا خَالِدٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ يَعْنِي ابْنَ إِسْحَقَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ

السُّنَّةُ عَلَى الْمُعْتَكِفِ أَنْ لَا يَعُودَ مَرِيضًا وَلَا يَشْهَدَ جَنَازَةً وَلَا يَمَسَّ امْرَأَةً وَلَا يُبَاشِرَهَا وَلَا يَخْرُجَ لِحَاجَةٍ إِلَّا لِمَا لَا بُدَّ مِنْهُ وَلَا اعْتِكَافَ إِلَّا بِصَوْمٍ وَلَا اعْتِكَافَ إِلَّا فِي مَسْجِدٍ جَامِعٍ

قَالَ أَبُو دَاوُد غَيْرُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَا يَقُولُ فِيهِ قَالَتْ السُّنَّةُ قَالَ أَبُو دَاوُد جَعَلَهُ قَوْلَ عَائِشَةَ


Sunan Abu Daud 2115: Telah menceritakan kepada kami Wahb bin Baqiyyah, telah mengabarkan kepada kami Khalid, dari Abdurrahman bin Ishaq dari Az Zuhri, dari 'Urwah dari Aisyah bahwa ia berkata;

yang disunahkan atas orang yang beri'tikaf adalah tidak menjenguk orang yang sedang sakit, serta tidak mengiringi jenazah serta tidak menyentuh wanita, tidak bercampur dengannya dan tidak keluar untuk suatu keperluan kecuali karena sesuatu yang harus ia lakukan. Dan tidak ada i'tikaf kecuali disertai puasa dan tidak ada i'tikaf kecuali di Masjid yang padanya dilakukan shalat Jum'at.

Abu Daud berkata; selain Abdurrahman tidak mengatakan padanya; tidak Aisyah berkata; yang disunahkan. Abu Daud berkata; ia menjadikannya sebagai perkataan Aisyah.

 

16.  Mengajak bicara para shahabat

 

سنن ابن ماجه ١٧٦٥: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّنْعَانِيُّ حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنِي عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ قَالَ سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْتَكَفَ فِي قُبَّةٍ تُرْكِيَّةٍ عَلَى سُدَّتِهَا قِطْعَةُ حَصِيرٍ قَالَ فَأَخَذَ الْحَصِيرَ بِيَدِهِ فَنَحَّاهَا فِي نَاحِيَةِ الْقُبَّةِ ثُمَّ أَطْلَعَ رَأْسَهُ فَكَلَّمَ النَّاسَ


Sunan Ibnu Majah 1765: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul A'la Ash Shan'ani berkata, telah menceritakan kepada kami Al Mu'tamir bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepadaku Umarah bin Ghaziyyah ia berkata; aku mendengar Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Abu Sa'id Al Khudlri berkata,

"Rasulullah ﷺ melakukan i'tikaf di kubbah Turki yang di atas pintunya terdapat sepotong tikar. " Abu Sa'id Al Khudri berkata, "Beliau mengambil tikar dengan tangannya seraya mengarahkan ke arah kubbah, kemudian mengeluarkan kepalanya dan mengajak bicara para sahabatnya.

 

17.  Tempat tidur Rasulullah diletakkan di belakang tiang At-Taubah

 

سنن ابن ماجهسنن ابن ماجه ١٧٦٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ عِيسَى بْنِ عُمَرَ بْنِ مُوسَى عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ

سنن ابن ماجه ١٧٦٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ عِيسَى بْنِ عُمَرَ بْنِ مُوسَى عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَطُرِحَ لَهُ فِرَاشُهُ أَوْ يُوضَعُ لَهُ سَرِيرُهُ وَرَاءَ أُسْطُوَانَةِ التَّوْبَةِ


Sunan Ibnu Majah 1764: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Nu'aim bin Hammad berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak dari Isa bin Umar bin Musa dari Nafi' dari Ibnu Umar

dari Nabi ﷺ, bahwa Nabi ﷺ apabila melakukan i'tikaf kasurnya dibentangkan, atau tempat tidurnya diletakkan di belakang tiang At taubah. "

 

PERSOALAN

 

Bagaimana dengan saudara-saudara kita yang melakukan khuruj dari masjid ke masjid, dari mushalla ke mushalla, dari langgar ke langgar, dari surau ke surau, dari kampung ke kampung, dari kota ke kota dari provinsi ke provinsi hingga dari negara ke lintas negara untuk i’tikaf di masjid-masjid yang dikunjungi?

Bagaimana dengan menentukan jumlah hari i’tikaf 3 hari, 40 hari dan 4 bulan karena seiring dengan hari khurujnya?

Ketika i’tikaf, mereka keluar dari masjid untuk keliling kampung door to door mengajak saudara-saudara seimannya untuk ke masjid shalat berjama’ah?

 

PEMBAHASAN

 
Semua ulama bersepakat tanpa adanya perselisihan akan adanya i’tikaf.
I’tikaf ada dua macam yaitu i’tikaf pada bulan Ramadhan dan i’tikaf di luar bulan Ramdhan.

I’tikaf di bulan Ramdhan yaitu 10 hari akhir bulan Ramadhan.

I’tikaf di luar bulan Ramadhan ada 2 yaitu:


1.  I’tikaf qadha bulan Ramadhan pada bulan Syawal sebanyak 10 atau 20 hari

2.  I’tikaf nadzar yaitu i’tikaf wajib atas dirinya karena nadzar yaitu untuk laki-laki satu hari atau satu malam dan untuk perempuan paling lama 3 hari sebagaimana dalam hadits dan tidak lebih dari itu.


Jika i'tikaf bisa dilakukan di setiap saat, pastilah para shahabat dan shahabiyah yang memelopori mengamalkannya. Merekalah yang paling tahu dan paling bersemangat dalam ibadah, kalau boleh dikatakan mereka adalah yang paling rakus dalam ibadah, ternyata hingga saat ini tidak satu pun yang menukilkan hal ini.

Hukum i’tikaf


1.     Sunnah muakadah


I’tikaf di bulan Ramdhan hukumnya sunnah muakadah

Penetapannya

a. Beliau pernah meninggalkan secara sengaja ketika istri-istri beliau membuat tenda-tenda untuk i’tikaf mereka yang kemudian diqadha 10 atau 20 hari pada bulan Syawal

b. Beliau juga pernah meninggalkannya ketika bersafar

c. Beliau tidak pernah meninggalkannya kecuali seperti di poin (a) dan (b)

d.  Adanya qadha i'tikaf


2.   Wajib yaitu i’tikaf karena nadzar

Pelaksanakan i’tikaf


1.     Waktunya


a.  Yaitu setelah shalat subuh untuk siang hari.

b.  Untuk malam karena tidak ada riwayat yang menyatakan akan hal itu, maka saya lebih menekankan dilakukan sesuai kesanggupan baik ketika memulai maupun mengakhirinya.

 

2.      Tata cara i’tikaf


a.  Setelah shalat shubuh kemudian i'tikaf dengan melakukan apa pun amalan yang disunnahkan dan wajib meninggalkan semua amalan yang dilarang

b. Untuk malam hari sesuai kesanggupannya, setelah membatalkan puasa maka shalat maghrib dan shalat isya’ berjamaah. Segeralah pulang tidur dan bangun di sepertiga malam atau kurang untuk menghidupkan malam-malam dengan qiyamullail, atau melakukan amalan-amalan sunnah lainnya.

c.  Wanita haid tidak boleh/ haram I’tikaf

d.  Wanita yang istihadhah (darah yang keluar melebihi waktu haid) hukumnya tetap sunnah beri’tikaf asalkan bisa menjaga kesucian masjid

e. Boleh keluar i’tikaf untuk keperluan manusia

Yang dimaksud keperluan manusia seperti: makan, minum, buang hajat, tidur, mandi, bercampur dan lain-lain, namun perlu dipahami bahwa keperluan manusia yang dilarang ketika i’tikaf atau karena hukum yang lain, wajib ditinggalkan.

f.  Mengqadha i’tikaf

   i.  Meninggalkan i’tikaf bulan Ramadhan karena sesuatu hal, maka mengqadhanya 10 hari di akhir bulan Syawal. Jika 20 hari, di mulai awal 10 hari ke dua hingga akhir bulan Syawal.

     ii.  Meninggalkan i’tikaf di bulan Ramadhan karena safar, maka mengqadhanya di awal 10 hari ke dua yang dilanjutkan 10 hari akhir di bulan Ramadhan tahun berikutnya.

Jika tidak mengqadha hingga 20 hari pun tidak mengapa karena para shahabat keluar i’tikaf di hari ke 20 yang kemudian dihimbau beri’tikaf kembali oleh Rasulullah ﷺ karena turunnya Lailatul Qadar berada di 10 hari akhir bulan Ramadhan bukan karena qadha i’tikaf tahun sebelumnya.

 
Adab I’tikaf.
 

1.  Mukim/ berdomisili (jamaah masjid jami')

Penetapannya:

👉  karena Rasulullah tidak i’tikaf ketika safar

👉  untuk memenuhi keperluan / kebutuhan manusia

👉  jika istri ingin mengunjungi baik siang atau malam

2.  Untuk yang sudah berkeluarga haram tidur (نوم) di masjid karena ada larangannya (baca artikel tentang ”Bolehkah tidur di masjid?” di sini)

3  Masjid untuk i’tikaf adalah di masjid jami’ (yang diselenggarakan shalat Jum’at)

4.  Lebih giat dalam beribadah melebihi hari-hari yang lainnya

5.  Menghidupkan malam-malamnya dengan qiyamullail

6.  Tidak keluar kecuali keperluan manusia

7.  Disunnahkan tidak menjenguk orang sakit, tidak mengiringi jenazah serta tidak menyentuh wanita (tidak bercampur)

8.  Disunnahkan berpuasa ketika i’tikaf di luar bulan Ramadhan

9.  Sunnahnya berinteraksi dengan keluarga sebagaimana Rasulullah ﷺ menjulurkan kepalanya ke Aisyah رضي الله عنها agar menyisir rambut beliau

10.  Boleh dikunjungi istri ketika i’tikaf walau pada malam hari dan sunnah mengantarnya pulang

11.  Disunnahkan saling berdialog dengan sesama orang yang beri’tikaf

 
JAWABAN PERSOALAN
 
Ibadah harus berlandaskan ilmu, jika tidak maka sia-sialah apa yang diamalkan. Apalagi menyelisihi syariat yang Allah tetapkan lewat Nabi-Nya, bahkan bukan hanya sia-sia tetapi justru dosa yang kita tuai.

Dalam hadits disebutkan:

صحيح مسلم ١٤٣٥: و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
 ......أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ........

Shahih Muslim 1435: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Abdul Wahhab bin Abdul Majid dari Ja'far bin Muhammad dari bapaknya dari Jabir bin Abdullah ia berkata, bahwasanya:
................"Amma ba'du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad ﷺ. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid'ah adalah sesat.".................
 
Silahkan nilai dan bandingkan sendiri:

1. Sunnahnya berinteraksi dengan keluarga sebagaimana Rasulullah ﷺ menjulurkan kepalanya ke Aisyah رضي الله عنها, sedangkan mereka sering mematikan alat komunikasinya bahkan sengaja tidak membawanya ketika khuruj

2. Nabi  tidak i’tikaf ketika safar, sedangkan mereka justru beri'tikaf ketika khuruj

3. Nabi  dan para shahabat beri’tikaf hanya ketika mukim, semoga mereka demikian

4. Nabi  dan para shahabat yang telah berkeluarga tidak tidur di masjid sementara mereka yang khuruj mayoritas telah berkeluarga dan tidurnya di masjid

5. Nabi  i’tikaf di luar bulan Ramadhan hanya pada bulan Safar karena qadha selama 10 atau 20 hari sedangkan mereka i’tikaf di luar bulan Ramadhan sekehendaknya baik bulan dan jumlahnya

6. 'Umar رضي الله عنه nadzar i’tikaf di luar bulan Ramdhan 1 hari atau 1 malam dan istri Abu Suhail i’tikaf 3 hari, sementara mereka mayoritas i’tikaf sebanyak jumlah hari khuruj yaitu 3 hari, 40 hari dan 3 bulan, bahkan saya pernah dengar yang dari luar negeri khurujnya hingga 1 tahun lebih.

Dan nadzarnya 'Umar رضي الله عنه beri’tikaf ketika masih zaman jahiliyah/kebodohan setelah berilmu justru ia tidak bernadzar karena tidak kita temukan riwayat yang menyatakan hal itu.

7. Saya sangat setuju memotivasi saudara-saudara seiman untuk shalat berjamaah di masjid tetapi jika waktunya bertepatan dengan i’tikaf di masjid, ini menyalahi sunnah Rasulullah 

8.  Sunnahnya i’tikaf itu di masjid yang diselenggarakan shalat Jum’at (jami’), sementara mereka i’tikaf juga di masjid yang bukan jami’, di langgar, di Mashalla, di surau dan lain-lain.

9. Selanjutnya silakan dipelajari, dipahami dan ditelaah dengan hati yang lurus.

 
Demikianlah tulisan ini saya dedikasikan untuk saudaraku seiman di mana pun, semoga bermanfaat untuk diri dan semua kaum muslimin. Amin.

تَرَكْتُكُمْ عَلَى البَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِ هَا .......

“Saya tinggalkan kalian dalam keadaan terang benderang, malamnya bagaikan siangnya ........”

Wallahu a’lam bish shawwab

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَالرَّحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Muara Bulian (Jambi), 17 Sya’ban 1439 H

اَبِى اَكْبَر الخَتَمِي


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar