29 Agustus 2020

BOLEHKAH TIDUR DI MASJID?

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ‏

Puja dan puji kepada Maha Agung pemilik semesta alam, yang menggenggam hidup semua makhluk di tangan-Nya, tiada tuhan patut disembah kecuali Allah سبحانه وتعال. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada suri teladan kita, manusia pilihan Allah, imam kita, Nabi Muhammad ﷺ beserta keluarga, shahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Menilik terjadinya dilema perselisihan dari beberapa pendapat ulama tentang boleh tidaknya tidur di masjid, maka saya mencoba untuk mensyarahkan masalah ini dengan mengacu hadits-hadits yang berkenaan dengan masalah ini baik dari sudut pandang diperbolehkan ataupun yang melarang. Semoga apa yang saya jabarkan nantinya dapat mengurai masalah yang telah dihadapi oleh ulama terdahulu dan dijadikan hujjah ulama terkemudian. Persoalan ini dikarenakan masing-masing berpegang teguh dengan hadits yang didapati shahih tetapi tidak dikompromikan dengan hadits lain karena belum dijumpainya atau sudah dijumpai tetapi ambil jalan pintas dengan ditarjih. Sedangkan kaidah hukum haruslah dipahami secara komprehensif bukan parsial hingganya didapati kesimpulan yang tepat dan mengikat tanpa adanya pembiasan.
Beberapa hadits saya himpun dan saya klasifikasikan agar mudah dicerna dan dirumuskan sebagai berikut:

Hadits-hadits yang menunjukkan adanya tidur (نوم) di masjid

1. Hadits-hadits Abdullah bin ‘Umar (Ibnu ‘Umar)

صحيح البخاري ٤٢١: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ

أَنَّهُ كَانَ يَنَامُ وَهُوَ شَابٌّ أَعْزَبُ لَا أَهْلَ لَهُ فِي مَسْجِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Shahih Bukhari 421: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah menceritakan kepadaku Nafi' berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Abdullah bin 'Umar, 

bahwa ia pernah tidur di masjid Nabi ﷺ saat dia masih pemuda lajang dan belum punya keluarga." (Juga diriwayatkan dalam Sunan Nasa’i 714; Sunan Ibnu Majah 743)


مسند أحمد ٥١٣٣: حَدَّثَنَا سَكَنُ بْنُ نَافِعٍ الْبَاهِلِيُّ أَبُو الْحَسَنِ حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ أَبِي الْأَخْضَرِ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ

كُنْتُ أَعْزَبَ شَابًّا أَبِيتُ فِي الْمَسْجِدِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ الْكِلَابُ تُقْبِلُ وَتُدْبِرُ فِي الْمَسْجِدِ فَلَمْ يَكُونُوا يَرُشُّونَ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ


Musnad Ahmad 5.133: Telah menceritakan kepada kami Sakan bin Nafi' Al-Bahiliy Abul Hasan telah menceritakan kepada kami Shalih bin Abil Akhdlor dari Az-Zuhri dari Salim bin Abdillah, dari bapaknya, dia berkata:

Ketika aku masih muda dan perjaka pada masa Rasulullah ﷺ aku tidur di masjid pada malam hari dan anjing-anjing pun sering mondar-mandir keluar masuk masjid tapi para sahabat tidak memercikkan setetes air pun padanya.

 

صحيح البخاري ١٠٥٤: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ ح و حَدَّثَنِي مَحْمُودٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَالَ

كَانَ الرَّجُلُ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى رُؤْيَا قَصَّهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَمَنَّيْتُ أَنْ أَرَى رُؤْيَا فَأَقُصَّهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَأَقُصَّهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكُنْتُ غُلَامًا شَابًّلَامًا شَابًّا وَكُنْتُ أَنَامُ فِي الْمَسْجِدِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّ مَلَكَيْنِ أَخَذَانِي فَذَهَبَا بِي إِلَى النَّارِ فَإِذَا هِيَ مَطْوِيَّةٌ كَطَيِّ الْبِئْرِ وَإِذَا لَهَا قَرْنَانِ وَإِذَا فِيهَا أُنَاسٌ قَدْ عَرَفْتُهُمْ فَجَعَلْتُ أَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ النَّارِ قَالَ فَلَقِيَنَا مَلَكٌ آخَرُ فَقَالَ لِي لَمْ تُرَعْ فَقَصَصْتُهَا عَلَى حَفْصَةَ فَقَصَّتْهَا حَفْصَةُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ فَكَانَ بَعْدُ لَا يَنَامُ مِنْ اللَّيْلِ إِلَّا قَلِيلًانَامُ مِنْ اللَّيْلِ إِلَّا قَلِيلًا


Shahih Bukhari 1.054: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam berkata, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar. Dan diceritakan juga, telah menceritakan kepada saya Mahmud berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdur Razaaq berkata, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhriy dari Salim dari Bapaknya رضي الله عنه berkata;

"Sudah menjadi kebiasaan seseorang pada masa hidup Nabi ﷺ bila bermimpi, biasanya dia menceritakannya kepada Rasulullah ﷺ. Aku pun berharap bermimpi hingga aku dapat mengisahkannya kepada Rasulullah ﷺ. Saat itu aku masih remaja. Pada suatu hari di jaman Rasulullah ﷺ aku tidur di masjid lalu aku bermimpi ada dua malaikat memegangku lalu membawaku ke dalam neraka, aku melihat neraka yang ternyata adalah lubang besar bagaikan lubang sumur (atau jurang). Neraka itu memiliki dua emperan dan aku melihat di dalamnya ada orang-orang yang sebelumnya aku sudah mengenal mereka. Dengan melihat mereka, membuat aku berkata; "Aku berlindung kepada Allah dari neraka" Dia berkata,; "Kemudian kami berjumpa dengan malaikat lain lalu dia berkata, kepadaku; "Janganlah kamu takut". Kemudian aku ceritakan mimpiku itu kepada Hafshah, lalu Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah ﷺ. Maka Beliau pun bersabda: "Sungguh 'Abdullah (bin "Umar) adalah seorang yang beruntung (bahagia) bila dia mendirikan shalat malam". Setelah peristiwa ini 'Abdullah bin 'Umar tidak tidur malam kecuali sedikit". (Juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 3.457, 6.510, 6.511; Shahih Muslim 4.528; Musnad Ahmad 6.048; Sunan Darimi 1.364, 2.059)


مسند أحمد ٦٠٤٨: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَمَرَ قَالَ

كَانَ الرَّجُلُ فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى رُؤْيَا قَصَّهَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَتَمَنَّيْتُ أَنْ أَرَى رُؤْيَا فَأَقُصَّهَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَكُنْتُ غُلَامًا شَابًّا عَزَبًالَامًا شَابًّا عَزَبًا فَكُنْتُ أَنَامُ فِي الْمَسْجِدِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَرَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّ مَلَكَيْنِ أَخَذَانِي فَذَهَبَا بِي إِلَى النَّارِ فَإِذَا هِيَ مَطْوِيَّةٌ كَطَيِّ الْبِئْرِ وَإِذَا لَهَا قَرْنَانِ وَإِذَا فِيهَا نَاسٌ قَدْ عَرَفْتُهُمْ فَجَعَلْتُ أَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ النَّارِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ النَّارِ فَلَقِيَهُمَا مَلَكٌ آخَرُ فَقَالَ لِي لَنْ تُرَاعَ فَقَصَصْتُهَا عَلَى حَفْصَةَ فَقَصَّتْهَا حَفْصَةُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ

قَالَ سَالِمٌ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لَقَالَ سَالِمٌ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لَا يَنَامُ مِنْ اللَّيْلِ إِلَّا قَلِيلًانَامُ مِنْ اللَّيْلِ إِلَّا قَلِيلًا


Musnad Ahmad 6.048: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Zuhri dari Salim dari Ibnu Umar dia berkata;

Ada seorang laki-laki pada masa Rasulullah ﷺ jika ia bermimpi, ia mengisahkannya kepada Nabi ﷺ. (Ibnu Umar) berkata; Maka saya pun berangan agar bisa berimpi lalu mengisahkannya kepada Rasulullah ﷺ (Ibnu Umar) berkata lagi; "Ketika saya menginjak masa remaja dan masih lajang, saya tidur di Masjid pada masa Rasulullah ﷺ. (Ibnu Umar) melanjutkan; Saya bermimpi dua Malaikat menculikku dan membawaku ke neraka. Neraka itu sangat dalam. Memiliki dua buah tiang. Di sana terdapat orang-orang yang saya kenali. Saya pun berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari Neraka, Aku berlindung kepada Allah dari Neraka." Kemudian kedua (malaikat itu) didatangi oleh Malaikat lain, dan malaikat itu berkata kepadaku, "Nggak usah takut." Hafshah lantas mengisahkan mimpiku kepada Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda: "Laki-laki yang paling beruntung adalah Abdullah, jikalau dia mau shalat malam."Salim berkata; Maka Abdullah tidak lagi tidur malam kecuali sebentar. (Juga diriwayatkan dalam Sunan Darimi 1.364, 2.059)

 
2. Hadits-hadits Shafwan bin Umayyah

موطأ مالك ١٣١٦: و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَفْوَانَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَفْوَانَ

أَنَّ صَفْوَانَ بْنَ أُمَيَّةَ قِيلَ لَهُ إِنَّهُ مَنْ لَمْ يُهَاجِرْ هَلَكَ فَقَدِمَ صَفْوَانُ بْنُ أُمَيَّةَ الْمَدِينَةَ فَنَامَ فِي الْمَسْجِدِ وَتَوَسَّدَ رِدَاءَهُ فَجَاءَ سَارِقٌ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَخَذَ صَفْوَانُ السَّارِقَ فَجَاءَ بِهِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تُقْطَعَ يَدُهُ فَقَالَ لَهُ صَفْوَانُ إِنِّي لَمْ أُرِدْ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهَلَّا قَبْلَ أَنْ تَأْتِيَنِي بِهِللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهَلَّا قَبْلَ أَنْ تَأْتِيَنِي بِهِ


Muwatha' Malik 1.316: Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ibnu Syihab dari Shafwan bin Abdullah bin Shafwan dikatakan kepada Shafwan bin Umayyah;

"Barang siapa tidak berhijrah maka akan binasa." Saat Shafwan bin Umayyah tiba di Madinah, dia tidur di masjid dengan menggunakan selendangnya sebagai bantal. Lalu ada seorang pencuri yang mengambil selendangnya tersebut, Shafwan langsung menangkapnya dan membawanya menghadap Rasulullah ﷺ. Beliau lalu menyuruh untuk memotong tangannya, namun Shafwan berkata; "Wahai Rasulullah, saya tidak bermaksud demikian. Pakaian ini saya anggap sedekah untuknya." Rasulullah ﷺ lantas bersabda: "Kenapa tidak kamu katakan sebelum kamu membawanya kepadaku?"

 

سنن أبي داوود ٣٨١٩: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ فَارِسٍ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ حَمَّادِ بْنِ طَلْحَةَ حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ حُمَيْدِ ابْنِ أُخْتِ صَفْوَانَ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ قَالَخْتِ صَفْوَانَ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ قَالَ

كُنْتُ نَائِمًا فِي الْمَسْجِدِ عَلَيَّ خَمِيصَةٌ لِي ثَمَنُ ثَلَاثِينَ دِرْهَمًا فَجَاءَ رَجُلٌ فَاخْتَلَسَهَا مِنِّي فَأُخِذَ الرَّجُلُ فَأُتِيَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَ بِهِ لِيُقْطَعَ قَالَ فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ أَتَقْطَعُهُ مِنْ أَجْلِ ثَلَاثِينَ دِرْهَمًا أَنَا أَبِيعُهُ وَأُنْسِئُهُ ثَمَنَهَا قَالَ فَهَلَّا كَانَ هَذَا قَبْلَ أَنْ تَأْتِيَنِي بِهِ

قَالَ أَبُو دَاوُد وَرَوَاهُ زَائِدَةُ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ جُعَيْدِ بْنِ حُجَيْرٍ قَالَ نَامَ صَفْوَانُ وَرَوَاهُ مُجَاهِدٌ وَطَاوُسٌ أَنَّهُ كَانَ نَائِمًا فَجَاءَ سَارِقٌ فَسَرَقَ خَمِيصَةً مِنْ تَحْتِ رَأْسِهِ وَرَوَاهُ أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ فَاسْتَلَّهُ مِنْ تَحْتِ رَأْسِهِ فَاسْتَيْقَظَ فَصَاحَ بِهِ فَأُخِذَ وَرَوَاهُ الزُّهْرِيُّ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ فَنَامَ فِي الْمَسْجِدِ وَتَوَسَّدَ رِدَاءَهُ فَجَاءَ سَارِقٌ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأُخِذَ السَّارِقُ فَجِيءَ بِهِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Sunan Abu Daud 3.819: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Faris berkata, telah menceritakan kepada kami Amru bin Hammad bin Thalhah berkata, telah menceritakan kepada kami Asbath dari Simak bin Harb dari Humaid bin Ukhti Shafwan dari Shafwan bin Umayyah ia berkata,

"Aku tidur di dalam masjid dengan berselimut kain seharga tiga puluh dirham. Lalu datang seorang laki-laki dan mencuri kain tersebut dariku. laki-laki itu tertangkap dan dibawa ke hadapan Rasulullah ﷺ. Beliau lantas memerintahkan untuk memotong tangannya. Aku mendatangi beliau dan bertanya, "Apakah engkau akan memotongnya hanya karena tiga puluh dirham? Padahal bisa saja aku jual kain itu dan pembayarannya ditangguhkan?" Beliau bersabda: "kenapa hal tersebut tidak kamu lakukan sebelum kamu membawanya kepadaku?"

Abu Dawud berkata, "Hadits ini juga diriwayatkan oleh Zaidah dari Simak, dari Ju'aid bin hujair, ia berkata, " Shafwan tidur…" Mujahid dan Thawus juga meriwayatkan, bahwasanya Shafwan tertidur, lalu datang seorang pencuri dan mengambil kain dari bawah kepalanya." Abu Salamah bin 'Abdurrahman juga meriwayatkan, ia berkata, "Maling itu mengambilnya dari bawah kepalanya, tetapi Shafwan terbangun dan berteriak sehingga maling itu tertangkap." Az Zuhri meriwayatkannya dari Shafwan bin Abdullah, ia berkata, "Shafwan tidur di masjid, dan ia menjadikan kain selendangnya sebagai bantal. Lalu datang maling mengambil selendangnya tersebut, tetapi maling itu tertangkap dan dibawa ke hadapan Nabi ﷺ." (Juga diriwayatkan dalam Musnad Ahmad 14.771; Sunan Darimi 2.197; Sunan Nasa'i 4.799, 4.800, 4.801)


3. Hadits-hadits tentang mengakhirkan shalat Isya’ karena sesuatu urusan

صحيح البخاري ٥٣٣: حَدَّثَنَا يَحْيَىصحيح البخاري ٥٣٣: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ قَالَتْ

أَعْتَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً بِالْعِشَاءِ وَذَلِكَ قَبْلَ أَنْ يَفْشُوَ الْإِسْلَامُ فَلَمْ يَخْرُجْ حَتَّى قَالَ عُمَرُ ذَلِكَ قَبْلَ أَنْ يَفْشُوَ الْإِسْلَامُ فَلَمْ يَخْرُجْ حَتَّى قَالَ عُمَرُ نَامَ النِّسَاءُ وَالصِّبْيَانُ فَخَرَجَ فَقَالَ لِأَهْلِ الْمَسْجِدِ مَا يَنْتَظِرُهَا أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ غَيْرَكُمْ


Shahih Bukhari 533: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bahwa 'Aisyah mengabarkan kepadanya, ia katakan,

"Rasulullah ﷺ pernah melaksanakan shalat 'Isya ketika malam telah masuk sepertiga akhir malam ('Atamah), dan itu terjadi ketika Islam belum luas tersebar. Beliau tidak juga keluar hingga 'Umar berkata, 'Para wanita dan anak-anak sudah tidur! ' Maka beliau pun keluar dan bersabda kepada orang-orang yang ada di Masjid: "Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menunggu shalat ini selain kalian." (Juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 536, 815, 817; Shahih Muslim 1.008; Musnad Ahmad 5.354, 22.930, 24.624, 25.132; Sunan Darimi 1.187)

 

صحيح مسلم ١٠١١: وحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شُغِلَ عَنْهَا لَيْلَةً فَأَخَّرَهَا حَتَّى رَقَدْنَا فِي الْمَسْجِدِ ثُمَّ اسْتَيْقَظْنَا ثُمَّ رَقَدْنَا ثُمَّ اسْتَيْقَظْنَا ثُمَّ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ اللَّيْلَةَ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ غَيْرُكُمْ


Shahih Muslim 1.011: Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ibn Juraij telah mengabarkan kepadaku Nafi' telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Umar

Bahwa suatu malam Rasulullah ﷺ disibukkan oleh suatu urusan, sehingga beliau tangguhkan shalat isya` hingga kami ketiduran di masjid, kami lalu bangun, kemudian tidur lagi, dan bangun lagi, setelah itu Rasululah ﷺ menemui kami dan bersabda: "Tidak ada seorang pun penghuni bumi malam ini yang menunggu-nunggu waktu shalat selain kalian." (Juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 537; Musnad Ahmad 5.824; Sunan Abu Daud 171)


4. Hadits-hadits Ahli Shuffah

مسند أحمد ١٤٩٩٣: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ هِشَامٍ الدَّسْتُوَائِيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ يَعِيشَ بْنِ طِخْفَةَ بْنِ قَيْسٍ الْغِفَارِيِّ قَالَيْسٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ

كَانَ أَبِي مِنْ أَصْحَابِ الصُّفَّةِ فَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهِمْ فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَنْقَلِبُ بِالرَّجُلِ وَالرَّجُلُ بِالرَّجُلَيْنِ حَتَّى بَقِيتُ خَامِسَ خَمْسَةٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْطَلِقُوا فَانْطَلَقْنَا مَعَهُ إِلَى بَيْتِ عَائِشَةَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَطْعِمِينَا فَجَاءَتْ بِحَشِيشَةٍ فَأَكَلْنَا ثُمَّ جَاءَتْ بِحَيْسَةٍ مِثْلَ الْقَطَاةِ فَأَكَلْنَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ اسْقِينَا فَجَاءَتْ بِعُسٍّ فَشَرِبْنَا ثُمَّ جَاءَتْ بِقَدَحٍ صَغِيرٍ فِيهِ لَبَنٌ فَشَرِبْنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ شِئْتُمْ بِتُّمْ وَإِنْ شِئْتُمْ انْطَلَقْتُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَقُلْتُ لَا بَلْ نَنْطَلِقُ إِلَى الْمَسْجِدِ قَالَ فَبَيْنَا أَنَا مِنْ السَّحَرِ مُضْطَجِعٌ عَلَى بَطْنِي إِذَا رَجُلٌ يُحَرِّكُنِي بِرِجْلِهِ فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ ضِجْعَةٌ يَبْغُضُهَا اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَنَظَرْتُ فَإِذَا هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

حَدَّثَنَا هَاشِمٌ حَدَّثَنَا أَبُحَدَّثَنَا هَاشِمٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ يَعْنِي شَيْبَانَ حَدَّثَنَا يَحْيَى يَعْنِي ابْنَ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ أَخْبَرَنِي يَعِيشُ بْنُ طِخْفَةَ بْنِ قَيْسٍ عَنْ أَبِيهِ وَكَانَ أَبُوهُ مِنْ أَهْلِ الصُّفَّةِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا فُلَانُ انْطَلِقْ بِهَذَا مَعَكَ فَذَكَرَ مَعْنَاهُ


Musnad Ahmad 14.993: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam Ad Dastuwa'i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Yai'sy bin Thikhfah bin Qais Al Ghifari berkata;

Ayahku salah satu dari Ahli Shuffah. Rasulullah ﷺ menyuruh mereka agar seseorang bergabung dengan lainnya (yang masih menyendiri), dan silahkan bergabung dengan mereka yang berdua, sehingga saya menjadi orang kelima dari lima orang, lalu Rasulullah ﷺ bersabda: "Pergilah kalian", lalu kami pergi bersama beliau ke rumah 'Aisyah. Beliau bersabda: "Wahai 'Aisyah, berilah makan kami", lalu ('Aisyah رضي الله عنها) datang membawa hasyisyah (makanan yang terbuat dari gandum dan daging atau kurma yang telah dimasak) lalu kami memakannya, lalu ('Aisyah رضي الله عنها) datang lagi dengan membawa hais (makanan yang terbuat dari kurma dan minyak samin yang dicampur susu) seperti susu yang dikeringkan, lalu kami memakannya. Lalu beliau bersabda: "Wahai 'Aisyah berilah kami minum" lalu ('Aisyah رضي الله عنها) datang dengan membawa bejana berisi air, lalu kami meminumnya. Dia datang lagi membawa segelas susu hingga kami meminumnya. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: "Jika mau kalian bisa bermalam di sini, atau kalian ke masjid." Maka saya berkata; tidak, kami ke masjid saja. (Bapaknya Thikhfah رضي الله عنه) berkata; ketika saya tidur malam dengan tengkurap, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang menggerakkan tubuhku dengan kakinya dan berkata; ini adalah posisi tidur yang dibenci Allah Tabaaraka Wa Ta'ala. Saya melihatnya, ternyata dia adalah Rasulullah ﷺ.

Telah menceritakan kepada kami Hasyim telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah yaitu Syaiban, telah menceritakan kepada kami telah Yahya yaitu Ibnu Abu Katsir, dari Abu Salamah berkata; telah mengabarkan kepadaku Ya'isy bin Thikhfah bin Qais dari Bapaknya dia adalah salah satu dari Ahli Suffah. Dia Berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: "Wahai Fulan, pergilah bersama orang ini." Lalu ia sebutkan hadis secara makna. (juga diriwayatkan dalam Musnad Ahmad 22.512) 

 

مسند أحمد ١٤٩٩٤: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ طِخْفَةَ الْغِفَارِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي

أَنَّهُ ضَافَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ نَفَرٍ قَالَ فَبِتْنَا عِنْدَهُ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ اللَّيْلِ يَطَّلِعُ فَرَآهُ مُنْبَطِحًا عَلَى وَجْهِهِ فَرَكَضَهُ بِرِجْلِهِ فَأَيْقَظَهُفَرَكَضَهُ بِرِجْلِهِ فَأَيْقَظَهُ فَقَالَ هَذِهِ ضِجْعَةُذِهِ ضِجْعَةُ أَهْلِ النَّارِ


Musnad Ahmad 14.994: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Zuhair yaitu Ibnu Muhammad, dari Muhammad bin 'Amr bin Al Halhalah dari Nu'aim bin Abdullah dari Ibnu Thikhfah Al Ghifari berkata; telah mengabarkan kepadaku bapakku

pernah dia mendatangi Rasulullah ﷺ bersama beberapa orang. Dia berkata; lalu kami menginap di tempat beliau. Rasulullah ﷺ keluar pada malam hari, memeriksa tamu-tamunya yang setengah tidur. Ternyata dia tengkurap pada wajahnya, beliau menyentuhnya dengan kaki beliau, membangunkannya dan bersabda: "Ini adalah cara berbaring penduduk neraka." (juga diriwayatkan dalam Musnad Ahmad 22.509)
 

مسند أحمد ١٨٦٣٩: حَدَّثَنَا مَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْسَرَةَ عَنْ عَمْرٍو عَنِ الشَّرِيدِ أَنَّهُ سَمِعَهُ يُخْبِرُهُ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا وَجَدَ الرَّجُلَ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا وَجَدَ الرَّجُلَ رَاقِدًا عَلَى وَجْهِهِ لَيْسَ عَلَى عَجُزِهِ شَيْءٌ رَكَضَهُ بِرِجْلِهِ وَقَالَ هِيَ أَبْغَضُ الرِّقْدَةِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ


Musnad Ahmad 18.639: Telah menceritakan kepada kami Makki bin Ibrahim Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Ibrahim bin Maisarah dari Amru bin Asy Syarid dari Asy Syarid bahwa ia mendengarnya mengabarkan kepadanya

dari Nabi ﷺ bahwasanya; Bila beliau mendapatkan seseorang yang sedang tidur dengan menelungkupkan wajahnya, dengan pantat tidak diselimuti kain yang bisa disepaknya dengan kaki, beliau bersabda: "Itu adalah posisi tidur yang paling dibenci Allah 'azza wajalla."

 
5. Hadits-hadits Rasulullah ﷺ tidur di masjid

صحيح البخاري ٣٣٠٥: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي أَخِي عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ شَرِيكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ

يُحَدِّثُنَا عَنْ لَيْلَةِ أُسْرِيَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَسْجِدِ الْكَعْبَةِ جَاءَهُ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ قَبْلَ أَنْ يُوحَى إِلَيْهِاءَهُ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ قَبْلَ أَنْ يُوحَى إِلَيْهِ وَهُوَ نَائِمٌ فِي مَسْجِدِ الْحَرَامِ فَقَالَ أَوَّلُهُمْ أَيُّهُمْ هُوَ فَقَالَ أَوْسَطُهُمْ هُوَ خَيْرُهُمْ وَقَالَ آخِرُهُمْ خُذُوا خَيْرَهُمْطُهُمْ هُوَ خَيْرُهُمْ وَقَالَ آخِرُهُمْ خُذُوا خَيْرَهُمْ

فَكَانَتْ تِلْكَ فَلَمْ يَرَهُمْ حَتَّى جَاءُوا لَيْلَةً أُخْرَى فِيمَا يَرَى قَلْبُهُ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَائِمَةٌ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ وَكَذَلِكَ الْأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلَا تَنَامُ قُلُوبُهُمْ فَتَوَلَّاهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ عَرَجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ


Shahih Bukhari 3.305: Telah bercerita kepada kami Isma'il berkata telah bercerita kepadaku saudaraku dari Sulaiman dari Syarik bin Abdullah bin Abu Namir, aku mendengar Anas bin Malik

bercerita kepada kami tentang perjalanan malam isra' Nabi ﷺ dari masjid Ka’bah (Al Haram). Ketika itu, beliau didatangi oleh tiga orang (malaikat) sebelum beliau diberi wahyu, saat sedang tertidur di Masjidil Haram. Malaikat pertama berkata; "Siapa orang ini di antara kaumnya?'. Malaikat yang di tengah berkata; "Dia adalah orang yang terbaik di kalangan mereka'. Lalu malaikat yang ketiga berkata; "Ambillah yang terbaik dari mereka."

Itulah di antara kisah Isra' dan beliau tidak pernah melihat mereka lagi hingga akhirnya mereka datang berdasarkan penglihatan hati beliau dan Nabi ﷺ matanya tidur namun hatinya tidaklah tidur, dan demikian pula para Nabi, mata mereka tidur namun hati mereka tidaklah tidur. Kemudian Jibril menghampiri beliau lalu membawanya naik (mi'raj) ke atas langit".

 

صحيح مسلم ٣٨٠٢: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ

بَعَثَنِي أَبُو طَلْحَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَدْعُوَهُ وَقَدْ جَعَلَ طَعَامًا قَالَ فَأَقْبَلْتُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ النَّاسِ فَنَظَرَ إِلَيَّ فَاسْتَحْيَيْتُ فَقُلْتُ أَجِبْ أَبَا طَلْحَةَ فَقَالَ لِلنَّاسِ قُومُوا فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا صَنَعْتُ لَكَ شَيْئًا قَالَ فَمَسَّهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَعَا فِيهَا بِالْبَرَكَةِ ثُمَّ قَالَ أَدْخِلْ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِي عَشَرَةً وَقَالَ كُلُوا وَأَخْرَجَ لَهُمْ شَيْئًا مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِهِ فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا فَخَرَجُوا فَقَالَ أَدْخِلْ عَشَرَةً فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا فَمَا زَالَ يُدْخِلُ عَشَرَةً وَيُخْرِجُ عَشَرَةً حَتَّى لَمْ يَبْقَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَ فَأَكَلَ حَتَّى شَبِعَ ثُمَّ هَيَّأَهَا فَإِذَا هِيَ مِثْلُهَا حِينَ أَكَلُوا مِنْهَايَّأَهَا فَإِذَا هِيَ مِثْلُهَا حِينَ أَكَلُوا مِنْهَا

و حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى الْأُمَوِيُّ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ بَعَثَنِي أَبُو طَلْحَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِنَحْوِ حَدِيثِ ابْنِ نُمَيْرٍ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فِي آخِرِهِ ثُمَّ أَخَذَ مَا بَقِيَ فَجَمَعَهُ ثُمَّ دَعَا فِيهِ بِالْبَرَكَةِ قَالَ فَعَادَ كَمَا كَانَ فَقَالَ دُونَكُمْ هَذَا و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ الرَّقِّيُّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ أَمَرَ أَبُو طَلْحَةَ أُمَّ سُلَيْمٍ أَنْ تَصْنَعَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا لِنَفْسِهِ خَاصَّةً ثُمَّ أَرْسَلَنِي إِلَيْهِ وَسَاقَ الْحَدِيثَ وَقَالَ فِيهِ فَوَضَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ وَسَمَّى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ ائْذَنْ لِعَشَرَةٍ فَأَذِنَ لَهُمْ فَدَخَلُوا فَقَالَ كُلُوا وَسَمُّوا اللَّهَ فَأَكَلُوا حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ بِثَمَانِينَ رَجُلًا ثُمَّ أَكَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ وَأَهْلُ الْبَيْتِ وَتَرَكُوا سُؤْرًا و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ بِهَذِهِ الْقِصَّةِ فِي طَعَامِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ فِيهِ فَقَامَ أَبُو طَلْحَةَ عَلَى الْبَابِ حَتَّى أَتَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا كَانَ شَيْءٌ يَسِيرٌ قَالَ هَلُمَّهُ فَإِنَّ اللَّهَ سَيَجْعَلُ فِيهِ الْبَرَكَةَ و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ الْبَجَلِيُّ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا الْحَدِيثِ وَقَالَ فِيهِ ثُمَّ أَكَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَكَلَ أَهْلُ الْبَيْتِ وَأَفْضَلُوا مَا أَبْلَغُوا جِيرَانَهُمْ و حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ سَمِعْتُ جَرِيرَ بْنَ زَيْدٍ يُحَدِّثُ عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ رَأَى أَبُو طَلْحَةَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَالِكٍ قَالَ رَأَى أَبُو طَلْحَةَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُضْطَجِعًا فِي الْمَسْجِدِ يَتَقَلَّبُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ فَأَتَى أُمَّ سُلَيْمٍ فَقَالَ إِنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُضْطَجِعًا فِي الْمَسْجِدِ يَتَقَلَّبُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ وَأَظُنُّهُ جَائِعًا وَسَاقَ الْحَدِيثَ وَقَالَ فِيهِ ثُمَّ أَكَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو طَلْحَةَ وَأُمُّ سُلَيْمٍ وَأَنَسُ بْنُ مَالِكٍ وَفَضَلَتْ فَضْلَةٌ فَأَهْدَيْنَاهُ لِجِيرَانِنَا و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى التُّجِيبِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي أُسَامَةُ أَنَّ يَعْقُوبَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُا جِئْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَوَجَدْتُهُ جَالِسًا مَعَ أَصْحَابِهِ يُحَدِّثُهُمْ وَقَدْ عَصَّبَ بَطْنَهُ بِعِصَابَةٍ قَالَ أُسَامَةُ وَأَنَا أَشُكُّ عَلَى حَجَرٍ فَقُلْتُ لِبَعْضِ أَصْحَابِهِ لِمَ عَصَّبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَطْنَهُ فَقَالُوا مِنْ الْجُوعِ فَذَهَبْتُ إِلَى أَبِي طَلْحَةَ وَهُوَ زَوْجُ أُمِّ سُلَيْمٍ بِنْتِ مِلْحَانَ فَقُلْتُ يَا أَبَتَاهُ قَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ عَصَّبَ بَطْنَهُ بِعِصَابَةٍ فَسَأَلْتُ بَعْضَ أَصْحَابِهِ فَقَالُوا مِنْ الْجُوعِ فَدَخَلَ أَبُو طَلْحَةَ عَلَى أُمِّي فَقَالَ هَلْ مِنْ شَيْءٍ فَقَالَتْ نَعَمْ عِنْدِي كِسَرٌ مِنْ خُبْزٍ وَتَمَرَاتٌ فَإِنْ جَاءَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحْدَهُ أَشْبَعْنَاهُ وَإِنْ جَاءَ آخَرُ مَعَهُ قَلَّ عَنْهُمْ ثُمَّ ذَكَرَ سَائِرَ الْحَدِيثِ بِقِصَّتِهِ و حَدَّثَنِي حَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا حَرْبُ بْنُ مَيْمُونٍ عَنْ النَّضْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي طَعَامِ أَبِي طَلْحَةَ نَحْوَ حَدِيثِهِمْ


Shahih Muslim 3.802: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair, demikian juga diriwayatkan dari jalur lain, dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair lafazh ini miliknya, telah menceritakan kepada kami Bapakku, Telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Sa'id, Telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik رضي الله عنه dia berkata;

"Abu Thalhah menyuruhku mendatangi Rasulullah ﷺ untuk mengundang beliau makan ke rumahnya, dan Abu Thalhah telah menyediakan hidangan. Lalu aku pergi mengundang beliau. Aku dapati beliau sedang bersama orang banyak. Beliau menengok kepadaku sehingga aku malu karenanya. Lalu aku katakan; 'Abu Thalhah mengundang anda makan ke rumahnya, sudilah Anda berkenaan (memenuhinya)! 'Maka beliau berkata: 'Berdirilah semuanya!' Kata Abu Thalhah; 'Ya, Rasulullah! Aku hanya menyediakan makanan untuk Anda seorang.' Lalu beliau menyentuh makanan yang tersedia itu dan mendoakan keberkahan bagi makanan tersebut. Kemudian beliau bersabda: 'Suruh masuk kawan-kawan itu sepuluh orang.' Kata beliau: 'Silahkan Makanlah! ' Dari sela-sela jari beliau keluar sesuatu (berupa makanan), maka makanlah mereka sampai kenyang, sesudah itu mereka keluar. Kata beliau: 'Suruh masuk sepuluh orang lagi.' Mereka makan pula sampai kenyang. Begitulah seterusnya secara bergantian mereka masuk sepuluh orang, sehingga tidak seorang pun yang ketinggalan, semuanya masuk dan makan sampai kenyang. Kemudian ternyata makanan masih tersisa sebanyak semula."

Dan Telah menceritakan kepadaku Said bin Yahya Al Umawi Telah menceritakan kepadaku Bapakku Telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Sa'id dia berkata; Aku mendengar Anas bin Malik berkata; Abu Thalhah mengutusku untuk mengundang Rasulullah ﷺ…dan seterusnya seperti Hadits yang diriwayatkan Ibnu Numair, tapi dia berkata pada akhir hadisnya; 'Kemudian beliau mengambil sisa makanan dan mengumpulkannya lalu mendo'akan keberkahan untuknya hingga makanan tersebut kembali (banyak) seperti semula, kemudian beliau bersabda: 'Yang ini bukan untuk kalian.' Dan Telah menceritakan kepadaku Amru An Naqid, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja'far Ar Raqi, Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Amru dari Abdul Malik bin Umair dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Anas bin Malik dia berkata; 'Abu Thalhah menyuruh Ummu Sulaim agar membuat makanan yang khusus untuk Rasulullah ﷺ saja. Kemudian dia mengutusku untuk mengundang beliau  …… dan seterusnya dengan Hadits yang serupa. Namun disebutkan di dalamnya, 'Lalu beliau ﷺ meletakkan tangannya sambil menyebut nama Allah kemudian berkata; 'Persilahkan sepuluh orang masuk, lalu mereka masuk.' Beliau bersabda: 'Makanlah dan ucapkanlah basmalah.' Mereka pun kemudian makan hingga jumlah mereka mencapai tujuh puluh orang laki-laki. Setelah itu Nabi ﷺ dan yang menjamunya makan hingga habis. Dan Telah menceritakan kepada kami Abbad bin Humaid Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, Telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Muhammad dari Amru bin Yahya dari Bapaknya dari Anas bin Malik -dengan kisah ini- (kisah Abu Thalhah menjamu Rasulullah ﷺ). -Dari Nabi  .- Dan disebutkan di dalamnya; 'Lalu Abu Thalhah berdiri di depan pintu hingga Rasulullah ﷺ datang. Kemudian dia berkata; 'Wahai Rasulullah ﷺ, kami hanya memiliki sedikit makanan.' Rasulullah menjawab: 'Bawa kesini, sesungguhnya Allah akan memberikan keberkahan.' Dan telah menceritakan kepada kami 'Abad bin Humaid, Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad Al Bajali, Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Musa, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik dari Nabi ﷺ dengan Hadits ini. Dan di dalamnya disebutkan, 'Kemudian Rasulullah ﷺ dan tuan rumahnya makan. Namun makanan itu tetap tersisa yang dapat mencukupi untuk tetangganya.' Dan telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Hulwani, Telah menceritakan kepada kami Wahab bin Jarir, Telah menceritakan kepada kami Bapakku dia berkata; 'Aku mendengar Jarir bin Zaid menceritakan dari 'Amru bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik dia berkata; 'Abu Thalhah melihat Rasulullah ﷺ dalam keadaan tidur di masjid dengan membolak-balikkan tubuhnya, kemudian Abu Thalhah menemui Ummu Sulaim dan berkata; 'Aku melihat Rasulullah ﷺ tidur di masjid dengan membolak-balikkan tubuhnya, sepertinya beliau sedang lapar.' -Kemudian perawi menyebutkan Hadits di atas.- Dan disebutkan di dalamnya; 'Lalu Rasulullah ﷺ, Abu Thalhah, Ummu Sulaim dan Anas bin Malik makan, namun makanan itu tetap tersisa. Maka kami membagikannya kepada tetangga kami.' Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya At Tujibi, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahab, Telah mengabarkan kepadaku Usamah bahwa Ya'qub bin Abdullah bin Abu Thalhah Al Anshari telah menceritakan kepadanya, dia mendengar Anas bin Malik berkata; 'Pada suatu hari aku mendatangi Rasulullah ﷺ. Aku mendapatkan beliau sedang duduk berbincang-bincang dengan para sahabatnya, sedangkan perut beliau dalam keadaan di ikat. Seingatku beliau mengikatkan batu pada perutnya. Lalu aku bertanya kepada para sahabatnya; 'Kenapa Rasulullah ﷺ mengikat perutnya? ' Mereka menjawab; 'Beliau sedang lapar.' Aku pun segara pergi menemui Abu Thalhah suami Ummu Sulaim binti Milhan, Aku katakan kepadanya; 'Wahai Bapak, Aku melihat Rasulullah ﷺ mengikat perutnya, lalu aku tanyakan kepada para sahabatnya, mereka menjawab; 'Beliau sedang lapar.' Abu Thalhah pun masuk menemui ibuku, dia bertanya kepadanya; 'Apakah ada makanan? ' Dia menjawab; 'Ya aku punya sepotong roti dan beberapa kurma, apabila Rasulullah ﷺ datang kepada kita sendirian, kita bisa membuat beliau menjadi kenyang. Namun jika ada orang lain bersama beliau, maka makanan itu tidak cukup untuk mereka.' -Kemudian perawi menyebutkan semua kisah Hadits di atas. Dan telah menceritakan kepadaku Hajjaj bin As Syaa'ir, Telah menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad Telah menceritakan kepada kami Harb bin Maimun dari An Nadhr bin Anas dari Anas bin Malik dari Nabi ﷺ -mengenai Abu Thalhah menjamu makanan kepada Rasulullah sebagaimana Hadits mereka.'


Hadits-hadits yang menyatakan tidur di masjid dan melarang tidur di masjid


سنن الترمذي ٢٩٥: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
كُنَّا نَنَامُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ وَنَحْنُ شَبَابٌدِ وَنَحْنُ شَبَابٌ  قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَخَّصَ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي النَّوْمِ فِي الْمَسْجِدِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي النَّوْمِ فِي الْمَسْجِدِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لَا يَتَّخِذُهُ مَبِيتًا وَلَا مَقِيلًا وَقَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ ذَهَبُوا إِلَى قَوْلِ ابْنِ عَبَّاسٍلَى قَوْلِ ابْنِ عَبَّاسٍ

Sunan Tirmidzi 295: telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata; telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Salim dari Ibnu Umar ia berkata;
"Pada masa Rasulullah ﷺ kami tidur di masjid, sedang waktu itu kami masih muda." Abu Isa berkata; "Hadits Ibnu Umar ini derajatnya hasan shahih. Sebagian ahli ilmu memberi keringanan untuk diperbolehkannya tidur di masjid." Ibnu Abbas berkata; "Jangan kalian jadikan ia (masjid) sebagai tempat untuk tidur siang atau tidur malam." Dan sebagian dari ahli ilmu berpendapat dengan ucapan Ibnu Abbas tersebut.

Hadits-hadits yang menunjukkan pengingkaran bolehnya tidur di masjid

صحيح البخاري ٥٨٠٨: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ
مَا كَانَ لِعَلِيٍّ اسْمٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَبِي تُرَابٍ وَإِنْ كَانَ لَيَفْرَحُ بِهِ إِذَا دُعِيَ بِهَا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام فَلَمْ يَجِدْ عَلِيًّا فِي الْبَيْتِ فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ فَقَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ فِي الْمَسْجِدِ رَاقِدٌ فَجَاءَفَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ فَأَصَابَهُ تُرَابٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ وَهُوَ يَقُولُللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ وَهُوَ يَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ أَبَا تُرَابٍابٍ

Shahih Bukhari 5.808: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abu Hazim dari Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd dia berkata;
"Tidak ada nama (julukan) yang paling disukai Ali selain Abu Turab, dan dia sangat senang bila dipanggil dengan nama tersebut, suatu ketika Rasulullah ﷺ datang ke rumah Fatimah 'alaihis salam, namun beliau tidak menjumpai Ali di rumahnya. Maka beliau bertanya; 'Di manakah anak pamanmu? ' Fatimah menjawab; 'Sebenarnya antara saya dan dia ada permasalahan, malah dia memarahiku. Setelah itu, ia keluar dan enggan beristirahat siang di sini.' Lalu Rasulullah ﷺ bersabda kepada seseorang; 'Lihatlah, di manakah dia berada! ' Tidak lama kemudian, orang tersebut datang dan berkata; 'Wahai Rasulullah, sekarang dia tengah tidur di masjid.' Setelah itu Rasulullah ﷺ mendatangi Ali ketika ia sedang berbaring, sementara kain selendangnya jatuh dari lambungnya hingga banyak debu yang menempel (di badannya). Kemudian Rasulullah mengusapnya seraya bersabda: 'Bangunlah hai Abu Turab! Bangunlah hai Abu Turab! ' (Juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 422, 5.736, 5.736; Shahih Muslim 4.426)

مسند أحمد ٢٠٤١٨: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ دَاوُدَ بْنَ أَبِي هِنْدٍ عَنْ أَبِي حَرْبِ بْنِ أَبِي الْأَسْوَدِ الدِّيْلِيِّ عَنْ عَمِّهِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
أَتَانِي نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا نَائِمٌ فِي مَسْجِدِ الْمَدِينَةِ فَضَرَبَنِي بِرِجْلِهِ فَقَالَ أَلَا أَرَاكَ نَائِمًا فِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ غَلَبَتْنِي عَيْنِي قَالَ كَيْفَ تَصْنَعُ إِذَا أُخْرِجْتَ مِنْهُ قَالَ آتِي الشَّامَ الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الْمُبَارَكَةَ قَالَ كَيْفَ تَصْنَعُ إِذَا أُخْرِجْتَ مِنْهُ قَالَ مَا أَصْنَعُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَضْرِبُ بِسَيْفِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْ ذَلِكَ وَأَقْرَبُ رُشْدًا تَسْمَعُ وَتُطِيعُ وَتَنْسَاقُ لَهُمْ حَيْثُ سَاقُوكَ

Musnad Ahmad 20.418: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Mu'tamir bin Sulaiman ia berkata, Aku mendengar Dawud bin Abu Hind dari Abu Harb bin Abu Aswad Ad Dili dari Pamannya dari Abu Dzar dia berkata,
"Nabi ﷺ mendatangiku sementara aku sedang tidur di dalam masjid Madinah, kemudian beliau membangunkan aku dengan senggolan kakinya seraya mengatakan: "Kenapa aku lihat kamu tidur di dalam masjid?" Abu Dzar berkata, "Aku menjawab, 'Wahai Nabi Allah, aku terkalahkah oleh rasa kantuk.' Nabi lantas bertanya: "Apa yang kamu lakukan jika kamu dikeluarkan darinya (masjid)?" Abu Dzar menjawab, "Aku akan pergi ke Syam, bumi yang disucikan lagi berbarakah." Nabi bertanya lagi: "Apa yang kamu lakukan jika mereka mengeluarkanmu darinya (Syam)?" Abu Dzar menjawab, "Wahai Nabi Allah, apa yang harus aku lakukan! Tentu akan aku bunuh dengan pedangku." Nabi ﷺ lalu bersabda: "Maukah aku tunjukkan kepadamu yang lebih baik dan lebih lurus dari itu? Hendaklah engkau siap mendengar dan taat, dan kamu tunduk kepada mereka sebagaimana mereka tunduk kepadamu." (Juga diriwayatkan dalam Sunan Darimi 1363)

Persoalan:

Dengan menimbang beberapa hadits-hadits di atas, sebagai orang awam akan menyimpulkan hadits kok saling bertolak belakang atau bertabrakan, sedangkan yang menyatakan adanya tidur di masjid itu lebih sahih dan lebih banyak dari yang mengingkari atau yang menolak. Jadi yang menyatakan adanya tidur di masjid itu lebih kuat dari yang menolak, maka kita harus berpedoman pada dalil yang lebih kuat.

Pembahasan:

Saya tidak menyalahkan pendapat di atas karena itu salah satu kaidah dalam menentukan suatu hukum. Hanya saja perlu dipahami bahwa metode tarjih adalah cara terakhir jika tidak ada cara lain yang bisa ditempuh. Dalam hal ini hadits-hadits di atas semua memenuhi untuk dijadikan dalil, maka cara paling benar yaitu dengan melandasi hukum seperti asbabul wurud (sebab turunnya hadits), sirah (sejarah), perawi (periwayat), matan (isi hadits) dan lain sebagainya. Sedangkan dalam menentukan kaidah hukum harus pula tahu ushul fiqh, alat-alat fiqh, musthalah hadits dan lainnya. 
Sebelumnya mari pahami dahulu kata-kata terkait sebagai dasar acuan penetapan hukum. 
Dalam hal ini, tidur (نوم) secara umum adalah kondisi berbaring dengan tidak mengetahui keadaan sekitar juga tidak sadar apa yang ia perbuat.
رَقَدْنَا, مُضْطَجِعٌ dan مُنْبَطِحًا adalah artinya semakna sebagaimana terjadi pada Qais Al Ghifari yaitu tidur-bangun tidur-bangun, berbaring dengan membolak-balikkan badan atau setengah tidur.
Tidur itu secara umum/general/amm hukumnya boleh (mubah), begitu pun tidur itu bisa di mana saja, bisa di rumah, di luar rumah atau di lain tempat, tak terkecuali juga di masjid.
Maka dari itu tidur akan menjadikan ibadah jika dilakukan berdasarkan perintah dari Rasulullah ﷺ baik tempat dan waktunya berdasarkan nash haits-hadits yang shahih, tetapi bisa menjadikan kemaksiatan jika tidurnya melanggar dari aturan yang ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ. 
Kaidah ushul fiqh menetapkan bahwa hukum yang bersifat umum bisa menjadikan khusus jika ada yang menyatakan, tetapi sebaliknya jika hukum bersifat khusus tidak bisa mendasari hukum bersifat umum. 
Berdasarkan kaidah di atas kita simpulkan sebagai berikut:

Hal-hal khusus yang memperbolehkan tidur (نوم) di masjid

1. Hadits-hadits Ibnu Umar, karena ketika itu beliau masih bujangan dan belum berkeluarga, maka yang seperti ini diperbolehkan tidur di masjid.
2. Hadits-hadits Shafwan bin Umayyah, beliau adalah orang yang sudah berkeluarga tapi beliau adalah muallaf yang belum tahu hukum tidak bolehnya tidur di masjid, jika sudah diketahui tentunya tidak akan ia langgar. Artinya bagi yang belum mengetahui hukum ini tidak mengapa tidur di masjid tapi bukan berarti boleh, jika kita dapati hal demikian wajib kita memberitahukan tidak bolehnya tidur di masjid.
3. Hadits-hadits tentang mengakhirkan shalat Isya’ karena sesuatu urusan (dalam riwayat lain disebutkan urusan perang), yang dikatakan tidur adalah perempuan dan anak-anak, sebagaimana hadits Ibnu Umar untuk anak-anak diperbolehkan tidur di masjid, sedangkan untuk perempuan yang sudah berkeluarga untuk ikhtiati (kehati-hatian) sebaiknya tidak dilakukan kecuali kondisi seperti dalam hadits ini. Sedangkan selain perempuan dan anak-anak disebutkan tidur-bangun tidur-bangun (رَقَدْنَا), yang seperti ini diperbolehkan jika kondisi juga seperti dalam hadits ini.
4. Hadits-hadits yang berkenaan dengan Ahli Suffah, sebagaimana hadits Ahmad 14.993 dan di hadits-hadits yang lain dijelaskan bahwa mereka adalah kaum yang fakir yang tidak mempunyai rumah, untuk orang yang tergolong seperti ini diperbolehkan tidur di masjid.
5. الضَّرُوْرَاتُ تُبِيْحُ المحْظُوْرَات keadaan darurat membolehkan yang terlarang, baik mukim apalagi safar seperti musibah kebakaran rumah, bencana alam, begitu pun ketika bepergian karena kehabisan bekal atau karena kecurian, maka yang seperti ini tidak mengapa tidur di masjid.

Tidur (نوم) di tempat yang akan dijadikan masjid

Pada hadits Bukhari 3.305, Rasulullah ﷺ tidur di Masjidil Haram pada peristiwa ‘Isra Mi’raj.
Ini tidak bisa dijadikan pedoman bolehnya tidur di masjid, karena saat itu syari’at shalat baru akan dijemput yang artinya Masjidil Haram belum pernah untuk shalat. Jika ada masjid baru atau bangun lain yang direncanakan untuk dijadikan masjid yang belum pernah dilakukan shalat, maka tempat ini boleh untuk tidur.

Kondisi رَقَدْنَرَقَدْنَا, مُضْطَجِعٌ dan مُنْبَطِحًا di masjid

Hadits Muslim 3.802, Rasulullah ﷺ tidur dengan membolak-balikkan badan (مُضْطَجِعٌ), hal ini adalah khusus untuk Rasulullah ﷺ karena beliau walau mata tidur tetapi hatinya tidak tidur, keadaan seperti ini hanya berlaku untuk para nabi dan tidak selainnya. Hal ini diperkuat dengan adanya hadits Sahl bin Sa'd رضي الله عنه, hadits Bukhari 3.427, 5.736, 5.808 dan Muslim 4.426, walau hanya berbaring (مُضْطَجِعٌ) di masjid, Ali bin Abu Thalib dibangunkan Rasulullah ﷺ, khawatir tertidur. Jika tidur di masjid diperbolehkan tentunya akan dibiarkan.
Khusus yang diperbolehkan tidur (نوم) di masjid ketika kondisi رَقَدْنَا, مُضْطَجِعٌ dan مُنْبَطِحًا di masjid sebagaimana dialami Qais Al Ghifari tentunya lebih diperbolehkan karena masih ada kesadaran. Yang dilarang dalam kondisi seperti ini karena posisinya telungkup atau tengkurap sehingganya Rasulullah membangunkannya dengan menggerak-gerakkan kaki beliau (menyepak orang tersebut) lalu dicela perbuatannya adalah amalan penduduk ahli Neraka.
Khusus orang yang dilarang tidur (نوم) di masjid, kondisi seperti رَقَدْنَا, مُضْطَجِعٌ dan مُنْبَطِحًا dengan posisi telungkup/tengkurap juga haram meski tidak di masjid karena ini menyangkut adab tidur secara umum yang bisa terjadi pada setiap orang, apalagi dilakukan di masjid tentunya lebih haram.

Penjelasan tentang hadits riwayat Tarmidzi 295

Sekarang perhatikan hadits riwayat Tarmidzi 295 yang juga bersumber dari Abdullah bin Umar رضي الله عنه. Mungkinkah dari satu sumber mengandung dua pernyataan yang saling bertolak belakang?
Perhatikan matannya pada: Abu Isa berkata; "Hadits Ibnu Umar ini derajatnya hasan shahih. Sebagian ahli ilmu memberi keringanan untuk diperbolehkannya tidur di masjid." Ibnu Abbas berkata; "Jangan kalian jadikan ia (masjid) sebagai tempat untuk tidur siang atau tidur malam." Dan sebagian dari ahli ilmu berpendapat dengan ucapan Ibnu Abbas tersebut. Ini adalah perkataan Abu Isa (Imam Tarmidzi) karena zaman sahabat belum ada klasifikasi derajat hadits. Perkataan Imam Tarmidzi ini harus dimaknai bahwa orang yang boleh tidur di masjid yaitu yang termasuk dalam kekhususan yang diperbolehkan, Dan pada perkataan Ibnu Abbas; "Jangan kalian jadikan ia (masjid) sebagai tempat untuk tidur siang atau tidur malam”, harus dimaknai untuk orang yang sudah berkeluarga khusus yang dilarang. Jika perkataan Imam Tarmidzi ini dimaknai general (umum/amm) dengan memberikan keringanan bolehnya tidur di masjid bagi siapa pun, maka begitu juga dengan perkataan Ibnu Abbas bermakna general (umum/amm) yaitu melarang tidur di masjid untuk siapa pun. Secara kaidah ushul fiqh, perkataan Ibnu Abbas adalah hujjah karena tidak adanya penyangkalan dari shahabat lain (ijma’ sukuti), maka perkataan Abu Isa (Imam Tarmidzi) yang bertolak belakang mengenai bolehnya tidur di masjid, wajib gugur.

Larangan tidur (نوم) di masjid pada derajat yang diharamkan (tahrim)

Sekarang perhatikan hadits Abu Dzar رضي الله عنه riwayat Ahmad 20.418 dan Darimi 1.363. Perhatikan riwayat Ahmad, bagaimana Abu Dzar yang seorang shahabat senior kalangan pertama masuk Islam diperlakukan oleh  Rasulullah ﷺ yang sedang tidur di masjid. Beliau dibangunkan dengan kaki serta ditegur dengan perkataan pengingkaran bolehnya tidur di masjid. Padahal Abu Dzar hanya ketiduran (aku terkalahkah oleh rasa kantuk) lalu apa konsekuensinya? , dikeluarkan dari masjid (diusir), jika pergi ke Syam, juga dikeluarkan dari Syam maka beliau protes akan membunuh yang mengusirnya. Maka Rasulullah ﷺ memberikan nasihat yang lebih baik dan lebih lurus, “Hendaklah engkau siap mendengar dan taat, dan kamu tunduk kepada mereka sebagaimana mereka tunduk kepadamu” artinya ia harus bersedia menerima konsekuensinya meskipun diusir keluar Syam.
Bukankah Abu Dzar salah seorang Ahli Suffah? Mengapa perbuatannya (ketiduran di masjid) diingkari Rasulullah ﷺ? Pastinya ada penyebabnya, berarti ia bukan lagi termasuk dalam hal yang khusus bolehnya tidur (نوم) di masjid. Alasan yang paling tepat ialah karena ia bukan lagi tergolong Ahli Suffah. Jika karena sudah berkeluarga untuk Ahli Suffah tetap boleh tidur (نوم) di masjid. Jika karena tidak tahu, harusnya Abu Dzar menyangkal pernyataan Rasulullah V tetapi ternyata jawabannya mengindikasikan bahwa ia telah paham akan hal ini. Jika dalam perjalanan (safar) atau dalam keadaan darurat justru seharusnya diperbolehkan bukan dilarang, peristiwa ini di masjid Madinah yang artinya mukim.
Peristiwa Abu Dzar yang ketiduran di masjid diperlakukan sama oleh Rasulullah ﷺ seperti peristiwa Qais Al Ghifari dalam kondisi رَقَدْنَا, مُضْطَجِعٌ atau مُنْبَطِحًا dengan posisi telungkup/tengkurap, artinya tidur (نوم) di masjid untuk orang yang sudah berkeluarga sepadan dengan amalan penghuni ahli Neraka, maka wajar jika konsekuensinya diusir.
Maksud larangan tidur di masjid untuk orang yang sudah berkeluarga adalah larangan pada derajat yang diharamkan (tahrim)
Jika kita dapati ada orang yang sudah berkeluarga tidur di masjid, maka sunnah dibangunkan dengan kaki ditegur tidak boleh tidur di masjid kemudian diusir.

Kesimpulan:

Yang boleh tidur di masjid adalah orang sebagaimana hal yang dikhususkan poin 1 s/d 5.
Haram tidur di masjid bagi orang yang sudah berkeluarga.
Kondisi رَقَدْنَا, مُضْطَجِعٌ dan مُنْبَطِحًا dengan posisi telungkup/tengkurap adalah haram karena merupakan amalan penghuni Neraka. Jika tidak telungkup/tengkurap untuk orang yang sudah berkeluarga di masjid sebaiknya dihindari sebagaimana Ali bin Abu Thalib dibangunkan oleh Rasulullah ﷺ, hal ini demi menjaga agar tidak tertidur. Jika sampai tertidur berarti ia telah melakukan kemaksiatan dengan amalan penghuni Neraka.
Bagi orang yang khuruj (bukan safar) tidur (نوم) di masjid untuk orang yang sudah berkeluarga tetap haram karena ini bukan darurat tapi direncanakan.
Demikianlah tahqiq dari saya semoga bermanfaat untuk diri dan semua kaum muslimin. Amin.

رَكْتُكُمْ عَلَى البَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِ هَا .......

“Saya tinggalkan kalian dalam keadaan terang benderang, malamnya bagaikan siangnya ........”

Wallahu a’lam bish shawwab

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَالرَّحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُبَرَكَاتُهُ

Muara Bulian (Jambi), 9 Sya’ban 1439 H

اَبِى اَكْبَر الخَتَمِي

Tidak ada komentar:

Posting Komentar