08 Agustus 2021

QUNUT

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Puja dan puji kepada Maha Agung pemilik semesta alam, yang menggenggam hidup semua makhluk di tangan-Nya, tiada tuhan patut disembah kecuali Allah سبحانه و تعال. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada suri teladan kita, manusia pilihan Allah, imam kita, Nabi Muhammad  beserta keluarga, shahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.


Pembahasan ini untuk melengkapi materi sebelumnya, silahkan klik link👉 QUNUT SYAFI’I, sebaiknya dipahami lebih dahulu agar sejalan dengan bahasan ini.

Berdasarkan kesimpulan bahasan lalu, mari kita terapkan rumusan tersebut dengan kita himpun sebanyak mungkin hadits yang sharih, dikelompokkan berdasarkan kriteria, lalu tandai kata atau rangkaian kata yang nantinya diistimbatkan yang kemudian disimpulkan sebagai ketetapan hukum.
 
1.    Sejarah Qunut

صحيح البخاري ٣٧٨١: حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

أَنَّ رِعْلًا وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَبَنِي لَحْيَانَ اسْتَمَدُّوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَدُوٍّ فَأَمَدَّهُمْ بِسَبْعِينَ مِنْ الْأَنْصَارِ كُنَّا نُسَمِّيهِمْأَنَّ رِعْلًا وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَبَنِي لَحْيَانَ اسْتَمَدُّوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَدُوٍّ فَأَمَدَّهُمْ بِسَبْعِينَ مِنْ الْأَنْصَارِ كُنَّا نُسَمِّيهِمْ الْقُرَّاءَ فِي زَمَانِهِمْ كَانُوا يَحْتَطِبُونَ بِالنَّهَارِ وَيُصَلُّونَ بِاللَّيْلِ حَتَّى كَانُوا بِبِئْرِ مَعُونَةَ قَتَلُوهُمْ وَغَدَرُوا بِهِمْ فَبَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو فِي الصُّبْحِ عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَبَنِي لَحْيَانَ قَالَ أَنَسٌ فَقَرَأْنَا فِيهِمْ قُرْآنًا ثُمَّ إِنَّ ذَلِكَ رُفِعَ بَلِّغُوا عَنَّا قَوْمَنَا أَنَّا لَقِينَا رَبَّنَا فَرَضِيَ عَنَّا وَأَرْضَانَا 

وَعَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ حَدَّثَهُ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَبَنِي لِحْيَانَ

زَادَ خَلِيفَةُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ حَدَّثَنَا أَنَسٌ أَنَّ أُولَئِكَ السَّبْعِينَ مِنْ الْأَنْصَارِ قُتِلُوا بِبِئْرِ مَعُونَةَ قُرْآنًا كِتَابًا نَحْوَهُ

Shahih Bukhari 3.781: Telah menceritakan kepadaku Abdul A'la bin Hammad telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Qatadah dari Anas bin Malik رضي الله عنه,

bahwa Ri'lan, Dzakwan, 'Ushayyah dan bani Lahyan meminta bantuan kepada Rasulullah  untuk menghadapi musuh, lalu beliau mengirim bala bantuan tujuh puluh sahabat Anshar, kami menyebut mereka sebagai Al Qurra' di zaman mereka. Mereka biasa mencari kayu bakar di siang hari dan shalat malam di malam harinya, ketika mereka tiba di Bi'rul Ma'unah, mereka (orang-orang kafir) membunuh dan mengkhianati mereka. Ketika peristiwa itu sampai kepada Nabi , beliau melaksanakan qunut selama sebulan dalam shalat shubuh, beliau mendo'akan kecelakaan terhadap penduduk di antara penduduk-penduduk Arab, yaitu Ri'l, Dzakwan, 'Ushayyah serta bani Lahyan. Anas berkata: Maka kami membaca (kisah mereka yang diabadikan) dalam Al Quran, namun kemudian itu dimansukh (dihapus), yaitu ayat yang berbunyi 'Sampaikanlah kisah kami kepada kaum kami, bahwa kami telah berjumpa dengan Rabb kami, Dia meridlai kami dan kami pun ridla dengan-Nya'.

Dan dari Qatadah dari Anas bin Malik dia menceritakan kepadanya, bahwa Nabiyullah  melaksanakan qunut di shalat shubuh selama sebulan, beliau mendo'akan kebinasaan beberapa perkampungan Arab seperti Ri'l, Dzakwan, 'Ushayyah dan bani Lahyan.

Khalifah menambahkan: telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Qatadah telah menceritakan kepada kami Anas bahwa ketujuh puluh sahabat Anshar tersebut dibunuh di Bi'rul Ma'unah (kami membaca) dalam Al Qur'an. sebagaimana riwayat di atas. .....[1]

 

صحيح البخاري ٣٧٧٩: حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ

بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعِينَ رَجُلًا لِحَاجَةٍ يُقَالُ لَهُمْ الْقُرَّاءُ فَعَرَضَ لَهُمْ حَيَّانِ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ رِعْلٌ وَذَكْوَانُ عِنْدَ بِئْرٍ يُقَالُ لَهَا بِئْرُ مَعُونَةَ فَقَالَ الْقَوْمُ وَاللَّهِ مَا إِيَّاكُمْ أَرَدْنَا إِنَّمَا نَحْنُ مُجْتَازُونَ فِي حَاجَةٍ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَتَلُوهُمْ فَدَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ شَهْرًا فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ وَذَلِكَ بَدْءُ الْقُنُوتِ وَمَا كُنَّا نَقْنُتُ

قَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ وَسَأَلَ رَجُلٌ أَنَسًا عَنْ الْقُنُوتِ أَبَعْدَ الرُّكُوعِ أَوْ عِنْدَ فَرَاغٍ مِنْ الْقِرَاءَةِ قَالَ لَا بَلْ عِنْدَ فَرَاغٍ مِنْ الْقِرَاءَةِ

Shahih Bukhari 3.779: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar telah menceritakan kepada kami Abdul Warits telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz dari Anas رضي الله عنه, dia berkata:

"Nabi  pernah mengutus tujuh puluh orang untuk suatu keperluan, mereka disebut sebagai qurra' (para ahli al Qur'an), mereka di hadang oleh penduduk dari bani Sulaim, Ri'l dan Dzakwan dekat mata air yang disebut dengan Bi'r Ma'unah, mereka berkata: 'Demi Allah, bukan kalian yang kami inginkan, kami hanya ada perlu dengan Nabi .'  Mereka akhirnya membunuh para sahabat tersebut, maka Nabi  mendo'akan kecelakaan kepada mereka (Sulaim, Ri'l dan Dzakwan) selama sebulan pada shalat shubuh, itu adalah awal kali dilakukannya qunut, sebelumnya kami tidak pernah melakukan do'a qunut."

Abdul Aziz mengatakan: "Seseorang bertanya kepada Anas tentang qunut, apakah ia dikerjakan setelah ruku’  ataukah setelah selesai membaca ayat?" Anas menjawab: "Tidak, bahkan dikerjakan setelah selesai membaca ayat." .....[2]

Sejarah qunut ini juga diriwayatkan dalam Shahih Muslim 1082, 1083, 3.781; Musnad Ahmad 11.621, 13.188

 
2.  Durasi

 

a.  Setengah bulan (Qunut Witir)
 

سنن أبي داوود ١٢١٧: حَدَّثَنَا شُجَاعُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ الْحَسَنِ أَنَّلْحَسَنِ

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ جَمَعَ النَّاسَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ فَكَانَ يُصَلِّي لَهُمْ عِشْرِينَ لَيْلَةً وَلَا يَقْنُتُ بِهِمْ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْبَاقِي فَإِذَا كَانَتْ الْعَشْرُ الْأَوَاخِرُ تَخَلَّفَ فَصَلَّى فِي بَيْتِهِ فَكَانُوا يَقُولُونَ أَبَقَ أُبَيٌّ

قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الَّذِي ذُكِرَ فِي الْقُنُوتِ لَيْسَ بِشَيْءٍ وَهَذَانِ الْحَدِيثَانِ يَدُلَّانِ عَلَى ضَعْفِ حَدِيثِ أُبَيٍّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ فِي الْوِتْرِ

Sunan Abu Daud 1.217: Telah menceritakan kepada Kami Syuja' bin Makhlad, telah menceritakan kepada Kami Husyaim, telah mengabarkan kepada kami Yunus bin 'Ubaid dari Al Hasan

bahwa 'Umar bin Khathab رضي الله عنه mengumpulkan orang-orang untuk melakukan shalat di belakang Ubai bin Ka'ab, ia melakukan shalat sebagai imam mereka selama dua puluh malam, dan dia tidak melakukan qunut bersama mereka kecuali pada setengah bulan terakhir. Dan apabila sudah masuk hari kesepuluh terakhir ia mengundurkan diri dan melakukan shalat di rumahnya, hingga orang-orang mengatakan bahwa Ubai telah kabur.

Abu Daud berkata: hadits ini menunjukkan bahwa hadits yang telah disebutkan mengenai qunut tidak berarti apa-apa, dan dua hadits ini menunjukkan kelemahan hadits Ubai bahwa Nabi  melakukan qunut pada waktu witir. .....[3]

 

b.  Dua puluh (20) hari

 

مسند أحمد ١٢٦٨٢: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ

قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشْرِينَ يَوْمًا

Musnad Ahmad 12.682: Telah menceritakan kepada kami Aswad telah menceritakan kepada kami Abu Bakar dari Humaid dari Anas berkata:

"Rasululla pernah melakukan qunut selama dua puluh hari." .....[5]

 
c.  Sebulan
 

صحيح البخاري ١٢١٧: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا عَاصِمٌ الْأَحْوَلُ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ

قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا حِينَ قُتِلَ الْقُرَّاءُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَزِنَ حُزْنًا قَطُّ أَشَدَّ مِنْهُ

Shahih Bukhari 1.217: Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin 'Ali telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami 'Ashim Al Ahwal dari Anas رضي الله عنه berkata:

"Rasulullah  melaksanakan do'a qunut selama sebulan pada waktu terbunuhnya para Qurra' (penghafal Al Qur'an). Dan belum pernah aku melihat Rasulullah  sedemikian sedih yang melebihi kesedihannya pada waktu itu." .....[6] 

Juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 3.779, 3.780, 3.781, 3.787, 5.915; Shahih Muslim 1.083, 1.087, 1.088, 1.089, 1.091, 1.092; Sunan Nasa’i 1.060, 1.069; Sunan Ibnu Majah 1.233; Musnad Ahmad 2.610, 11.621, 11.707, 11.709, 12.194, 12.244, 12.384, 12.445, 12.521, 12.556, 12.646, 12.788, 12.797, 12.803, 12.950, 13.111, 13.112, 13.149, 13.188, 13.255, 13.227, 13.441, 13.442, 13.493, 13.494; Sunan Darimi 1.548, Sunan Daruquthni 1.677, 1.678 dan Shahih Ibnu Hibban 1.973, 1.982, 1.985, 1.986
 
d.    Empat puluh (40) hari
 

صحيح البخاري ٢٥٩١: حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرُ الْحَوْضِيُّ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ إِسْحَاقَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَللَّهُ عَنْهُ قَالَ

بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْوَامًا مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ إِلَى بَنِي عَامِرٍ فِي سَبْعِينَ فَلَمَّا قَدِمُوا قَالَ لَهُمْ خَالِي أَتَقَدَّمُكُمْ فَإِنْ أَمَّنُونِي حَتَّى أُبَلِّغَهُمْ عَنْ رَسُولِ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِلَّا كُنْتُمْ مِنِّي قَرِيبًا فَتَقَدَّمَ فَأَمَّنُوهُ فَبَيْنَمَا يُحَدِّثُهُمْ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَوْمَئُوا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ فَطَعَنَهُ فَأَنْفَذَهُ فَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ فُزْتُ وَرَبِّ الْكَعْبَةِ ثُمَّ مَالُوا عَلَى بَقِيَّةِ أَصْحَابِهِ فَقَتَلُوهُمْ إِلَّا رَجُلًا أَعْرَجَ صَعِدَ الْجَبَلَ قَالَ هَمَّامٌ فَأُرَاهُ آخَرَ مَعَهُ فَأَخْبَرَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ قَدْ لَقُوا رَبَّهُمْ فَرَضِيَ عَنْهُمْ وَأَرْضَاهُمْ فَكُنَّا نَقْرَأُ أَنْ بَلِّغُوا قَوْمَنَا أَنْ قَدْ لَقِينَا رَبَّنَا فَرَضِيَ عَنَّا وَأَرْضَانَا ثُمَّ نُسِخَ بَعْدُ فَدَعَا عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَبَنِي لَحْيَانَ وَبَنِي عُصَيَّةَ الَّذِينَ عَصَوْا اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Shahih Bukhari 2.591: Telah bercerita kepada kami Hafsh bin 'umar Al Hawdhiy telah bercerita kepada kami Hammam dari Ishaq dari Anas رضي الله عنه berkata:

Rasulullah  mengutus tujuh puluh orang dari Bani Sulaim menemui suku Bani Amir sesampainya di sana pamanku berkata kepada mereka: "Aku akan mendahului kalian seandainya mereka mengizinkanku menyampaikan pesan Rasulullah , sementara itu kalian harus berada di dekatku." Maka ia pun maju ke depan barisan mereka sementara orang kafir menjamin keselamatannya. Namun ketika ia menyampaikan pesan Rasulullah , salah seorang dari mereka menikamnya hingga tewas, pamanku berkata: "Allahu Akbar, demi Tuhan Ka'bah aku telah beruntung", setelah itu mereka menyerang pasukan pamanku dan membunuh habis mereka kecuali seorang laki-laki pincang yang melarikan diri ke gunung, Hammam berkata: "Menurutku ada laki-laki lain yang mampu melarikan diri bersamanya." kemudian Malaikat Jibril 'alaihis salam mengabarkan kepada Nabi  bahwa mereka (utusan yang telah dibunuh) telah berjumpa dengan Robb mereka, Dia ridha kepada mereka dan memberikan kebahagiaan kepada mereka. (Mereka) berkata: kami telah membaca: (Kami telah menyampaikan kepada kaum kami bahwa kami telah berjumpa dengan Robb, Dia ridha terhadap kami dan memberikan kebahagiaan kepada kami). Lalu (ayat) ini dihapus. Kemudian Nabi  berdo'a selama empat puluh hari (dalam shalat) shubuh mengutuk perkampungan mereka, Dzakwan, Bani Lahyan dan Bani 'Ushayyah yang telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم  .....[7]

 
3.  Tempat melakukan qunut di raka’at terakhir pada
 
a.   Shalat Witir sebelum ruku’
 

سنن النسائي ١٦٨١: أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ قَالَ حَدَّثَنَا مَخْلَدُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍبَيِّ بْنِ كَعْبٍ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوتِرُ بِثَلَاثِ رَكَعَاتٍ كَانَ يَقْرَأُ فِي الْأُولَى بِسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَفِي الثَّانِيَةِ بِقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَفِي الثَّالِثَةِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَيَقْنُتُ قَبْلَ الرُّكُوعِ فَإِذَا فَرَغَ قَالَ عِنْدَ فَرَاغِهِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يُطِيلُ فِي آخِرِهِنَّ

Sunan Nasa'i 1.681: Telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Maimun dia berkata: telah menceritakan kepada kami Makhlad bin Yazid dari Sufyan dari Zubaid dari Sa'id bin 'Abdurrahman bin Abza dari Bapaknya dari Ubay bin Ka'ab

bahwa Rasulullah  pernah shalat witir tiga rakaat, pada rakaat pertama beliau membaca: "Sabbihisma rabbikal a'laa (surah Al A'la)." Pada rakaat kedua membaca: "Qul ya ayyuhal kafirun (surah Al Kaafiruun), " dan pada rakaat ketiga beliau membaca "Qul huwallahu ahad (surah Al Ikhlas)." Lalu beliau qunut sebelum ruku'. Setelah selesai beliau membaca "Subbhanal Malikil Quddus" tiga kali. Beliau memanjangkan pada yang terakhir kalinya. .....[8]

 

b.  Shalat Shubuh  dan shalat shubuh  setelah ruku’

 

صحيح مسلم ١٠٨٢: حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّهُمَا سَمِعَا أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ حِينَ يَفْرُغُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ مِنْ الْقِرَاءَةِ وَيُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ رَأْسَهُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ كَسِنِي يُوسُفَ اللَّهُمَّ الْعَنْ لِحْيَانَ وَرِعْلًا وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ عَصَتْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ثُمَّ بَلَغَنَا أَنَّهُ تَرَكَ ذَلِكَ لَمَّا أُنْزِلَ {لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ}

و حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ إِلَى قَوْلِهِ وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ كَسِنِي يُوسُفَ وَلَمْ يَذْكُرْ مَا بَعْدَهُ


Shahih Muslim 1.082: Telah menceritakan kepadaku Abu At Thahir dan Harmalah bin Yahya, keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yazid dari Ibnu Syihab katanya: telah mengabarkan kepadaku Said bin Musayyab dan Abu Salamah bin Abdurrahman bin 'Auf, keduanya mendengar Abu Hurairah berkata:

"Ketika Rasulullah   shalat fajar (shubuh) yaitu setelah membaca, bertakbir dan mengangkat kepalanya, beliau membaca 'Sami'allahu liman hamidah. Rabbanaa walakal hamdu.' Kemudian beliau membaca lagi dan beliau masih berdiri, yaitu: Allaahumma anji al Walid bin Walid wa Salamah bin Hsyam, wa Ayyasy bin Abu Rabiah, wal mustadh'afiina minal mul'miniina, Allaahummasy dud wath'athaka 'alaa Mudharr waj'alhaa 'alihim kasinii Yuusufa, Allaahummal'an Lihyaana wa Ri'lan wa Dzakwana wa 'Ushayyah ashatallaaha warasuulahu (Ya Allah, selamatkanlah Walid bin Walid, Salamah bin Hisyam, Ayyasy bin Abu Rabiah dan orang-orang mukmin yang lemah, Ya Allah, perkuatlah hukumanmu kepada Mudharr dan jadikanlah untuk mereka masa-masa paceklik sebagaimana paceklik Yusuf, Ya Allah, laknatilah Lihyan, Ri'l, dan Dzakwan, mereka yang telah membangkang Allah dan Rasul-Nya.). Kemudian sampai berita kepada kami, bahwa beliau meninggalkan doa (qunut) tersebut, tepatnya ketika turun ayat 'Tidak ada urusanmu entah Allah mengampuni mereka atau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka orang-orang yang zhalim' (QS. Ali Imran 128)".

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan 'Amru An Naqid, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Ibn 'Uyainah dari Az Zuhri dari Sa'id bin Musayyab dari Abu Hurairah dari Nabi  hingga sabdanya: "Ya Allah, jadikanlah untuk mereka tahun-tahun paceklik sebagaimana tahun-tahun paceklik Yusuf." Dan ia tidak menyebutkan kalimat sesudahnya. .....[9]

 

سنن الدارقطني ١٦٧٩: حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ , ثنا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى , ثنا أَبُو مَعْمَرٍ , ثنا عَبْدُ الرَّزَّاقِ , ثنا عَمْرٌو , عَنِ الْحَسَنِ , عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ , قَالَ:

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ بَعْدَ الرُّكُوعِ فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقْتُهُ» , قَالَ: وَصَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ بَعْدَ الرُّكُوعِ فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقْتُهُ

Sunan Daruquthni 1.679: Al Husain bin Isma'il menceritakan kepada kami, Ahmad bin Muhammad bin Isa menceritakan kepada kami, Abu Ma'mar menceritakan kepada kami, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Amr menceritakan kepada kami, dari Al Hasan, dari Anas bin Malik, dia berkata,

"Saya shalat bersama Rasulullah  dan beliau selalu mengerjakan qunut sesudah ruku’ dalam shalat Shubuh hingga aku meninggalkannya. "Dia menuturkan, "Saya shalat di belakang Umar bin Al Khaththab, dan dia selalu mengerjakan qunut sesudah ruku' dalam shalat Shubuh  hingga aku meninggalkannya." .....[10]

 

سنن أبي داوود ١٢٣٢: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ وَمُسَدَّدٌ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ

أَنَّهُ سُئِلَ هَلْ قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ قَبْلَ الرُّكُوعِ أَوْ بَعْدَ الرُّكُوعِ قَالَ بَعْدَ الرُّكُوعِ قَالَ مُسَدَّدٌ بِيَسِيرٍ

Sunan Abu Daud 1232: Telah menceritakan kepada Kami Sulaiman bin Harb serta Musaddad mereka berkata: telah menceritakan kepada Kami Hammad dari Ayyub dari Muhammad dari Anas bin Malik رضي الله عنه

bahwa Ia ditanya: "Apakah Rasulullah  melaksanakan qunut pada waktu shalat Shubuh?" Beliau menjawab: "Ya." Lalu beliau ditanya lagi: "Sebelum atau sesudah ruku'?" Beliau menjawab: "Setelah ruku'." Musaddad berkata: "Sebentar." .....[11]

Qunut yang dilakukan pada shalat Shubuh  dan shalat Shubuh  setelah ruku’ juga diriwayatkan dalam Shahih Muslim 1.087, 1.088; Sunan Nasa'i 1.061; Sunan Ibnu Majah 1.233; Sunan Darimi 1.547, 1.549, 1.550; Musnad Ahmad 7.152, 7.153, 8.091, 8.785, 9.693, 11.621, 11.674, 12.194, 12.196, 12.556, 12.950, 13.493, 17.913; Sunan Daruquthni 1.651, 1.652, 1.676, 1.677, 1.678, 1.679, 1.683, 1.684, 1.685; Shahih Ibnu Khuzaimah 1.095, 1.096; Shahih Ibnu Hibban 1.981l dan Musnad Syafi'i 1.771

 

c.    Shalat Shubuh  dan Maghrib

 

صحيح مسلم ١٠٩٣: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ

سَمِعْتُ ابْنَ أَبِي لَيْلَى قَالَ حَدَّثَنَا الْبَرَاءُ بْنُ عَازِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ وَالْمَغْرِبِ

Shahih Muslim 1093: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Ibnu Basyar, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Amru bin Murrah, katanya:

"Aku mendengar Ibnu Abu Laila berkata: telah menceritakan kepada kami Al Barra` bin 'Azib, bahwa Rasulullah  pernah melakukan qunut ketika shubuh dan maghrib." .....[12]

Shahih Muslim 1.094, Sunan Tirmidzi 367; Sunan Abu Daud 1.229; Sunan Nasa'i 1.066; Musnad Ahmad 17.740, 17.789, 17.907; Sunan Daruquthni 1.668, 1.669; Shahih Ibnu Khuzaimah 616, 1.096

 
d.  Shalat Dhuhur, 'Isya dan Shubuh setelah ruku'
 

صحيح البخاري ٧٥٥: بَاب حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

لَأُقَرِّبَنَّ صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْنُتُ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ وَصَلَاةِ الْعِشَاءِ وَصَلَاةِ الصُّبْحِ بَعْدَ مَا يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَيَدْعُو لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَلْعَنُ الْكُفَّارَ

Shahih Bukhari 755: Bab. Telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Fadlalah berkata: telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata:

"Aku akan contohkan shalatnya Nabi ." Abu Hurairah رضي الله عنه membaca do'a qunut pada rakaat terakhir dalam shalat Dhuhur, shalat 'Isya dan shalat Shubuh setelah mengucapkan 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH' (semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya). Maka dia mendo'akan Kaum Mu'minin dan melaknat orang-orang kafir. .....[13]

Shahih Muslim 1.084; Sunan Abu Daud 1.228; Sunan Nasa'i 1.065; Musnad Ahmad 9.693; Sunan Daruquthni 1.675; Shahih Ibnu Hibban 1.981

 

e.  Shalat lima waktu setelah ruku'

 

سنن أبي داوود ١٢٣١: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْجُمَحِيُّ حَدَّثَنَا ثَابِتُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ هِلَالِ بْنِ خَبَّابٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ

قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلَاةِ الصُّبْحِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ

Sunan Abu Daud 1.231: Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Mu'awiyah Al Jumahi, telah menceritakan kepada Kami Tsabit bin Yazid dari dari Hilal bin Khabbab dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata:

Rasulullah  melakukan qunut selama satu bulan berturut-turut ketika shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, 'Isya dan Shubuh  di akhir setiap shalat, tatkala mengucapkan: "SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH" pada raka'at terakhir. Beliau mendoakan atas beberapa perkampungan dari Bani Sulaim, yaitu Ri'l, Dzakwan, serta 'Ushayyah, dan orang-orang yang di belakangnya mengamininya. .....[14]

Juga diriwayatkan dalam Musnad Ahmad 2.610, 7.152; Shahih Ibnu Khuzaimah 618

 

f.  Sebelum ruku’ dan sesudahnya

 

صحيح البخاري ٢٩٣٤: حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا ثَابِتُ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا عَاصِمٌ قَالَ

سَأَلْتُ أَنَسًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ الْقُنُوتِ قَالَ قَبْلَ الرُّكُوعِ فَقُلْتُ إِنَّ فُلَانًا يَزْعُمُ أَنَّكَ قُلْتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ فَقَالَ كَذَبَ ثُمَّ حَدَّثَنَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَنَتَ شَهْرًا بَعْدَ الرُّكُوعِ يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ قَالَ بَعَثَ أَرْبَعِينَ أَوْ سَبْعِينَ يَشُكُّ فِيهِ مِنْ الْقُرَّاءِ إِلَى أُنَاسٍ مِنْ الْمُشْرِكِينَ فَعَرَضَ لَهُمْ هَؤُلَاءِ فَقَتَلُوهُمْ وَكَانَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَهْدٌ فَمَا رَأَيْتُهُ وَجَدَ عَلَى أَحَدٍ مَا وَجَدَ عَلَيْهِمْ

Shahih Bukhari 2.934: Telah bercerita kepada kami Abu an-Nu'man telah bercerita kepada kami Tsabit bin Azid telah bercerita kepada kami 'Ashim berkata

Aku bertanya kepada Anas رضي الله عنه tentang (membaca do'a) qunut sebelum ruku'. Aku katakan: "Seseorang berpendapat bahwa anda mengatakan qunut setelah ruku'?" Maka dia menjawab: "Orang itu berdusta." Kemudian dia bercerita kepada kami dari Nabi  bahwa Beliau pernah membaca do'a qunut setelah ruku' untuk memohon kebinasaan orang-orang yang masih hidup dari Bani Sulaim. Dia berkata: "Beliau mengutus empat puluh atau tujuh puluh, (dia ragu jumlah pastinya), para penghafal Al-Qur'an kepada beberapa orang musyrikin lalu Beliau menawarkan para penghafal Al-Qur'an itu kepada mereka namun mereka membantainya. Saat itu antara mereka dan Nabi  sudah ada perjanjian. Aku belum pernah melihat Beliau marah seperti marahnya Beliau terhadap para pembantai itu"......[15]

Juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 947, 3.787; Sunan Nasa’i 1.060; Sunan Ibnu Majah 1.174; Musnad Ahmad 11.709, 12.384, 12.445, 12.646, 12.797, 12.803, 13.112, 13.494

 

سنن ابن ماجه ١١٧٣: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ

سُئِلَ عَنْ الْقُنُوتِ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ فَقَالَ كُنَّا نَقْنُتُ قَبْلَ الرُّكُوعِ وَبَعْدَهُ

Sunan Ibnu Majah 1.173: Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami berkata: telah menceritakan kepada kami Sahl bin Yusuf berkata: telah menceritakan kepada kami Humaid dari Anas bin Malik ia berkata:

Ia ditanya tentang qunut dalam shalat shubuh maka Anas pun menjawab: "Kami melakukan qunut sebelum rukuk dan sesudahnya." ". .....[16]

 
4.   Lafas doa

a.   Qunut witir
 

سنن أبي داوود ١٢١٤: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَحْمَدُ بْنُ جَوَّاسٍ الْحَنَفِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ قَالَ قَالَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي الْوِتْرِ قَالَ ابْنُ جَوَّاسٍ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَقَ بِإِسْنَادِهِ وَمَعْنَاهُ قَالَ فِي آخِرِهِ قَالَ هَذَا يَقُولُ فِي الْوِتْرِ فِي الْقُنُوتِ وَلَمْ يَذْكُرْ أَقُولُهُنَّ فِي الْوِتْرِ أَبُو الْحَوْرَاءِ رَبِيعَةُ بْنُ شَيْبَانَ

Sunan Abu Daud 1.214: Telah menceritakan kepada Kami Qutaibah bin Sa'id dan Ahmad bin Jawwas Al Hanafi mereka berkata: telah menceritakan kepada Kami Abu Al Ahwash dari Abu Ishaq dari Buraid bin Abu Maryam dari Abu Al Haura`, ia berkata: telah berkata Al Hasan bin Ali رضي الله عنهما:

Rasulullah  telah mengajarkan kepada beberapa kalimat yang aku ucapkan ketika melakukan witir -Ibnu Hawwas berkata: "Dalam qunut witir."- yaitu: Allaahummah dinii fiiman hadait, wa 'aafinii fiiman 'aafait, wa tawallani fiiman tawallait, wa baarik lii fiimaa a'thait, wa qinii syarra maa qadhait, innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaik, wa innahu laa yadzillu man waalait, wa laa ya'izzu man 'aadait, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalait (Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara orang-orang yang telah Engkau urus, berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau putuskan, sesungguhnya Engkau Yang memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi).

Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Muhammad An Nufaili, telah menceritakan kepada Kami Zuhair, telah menceritakan kepada Kami Abu Ishaq dengan sanad serta maknanya, ia berkata pada akhir hadits tersebut: Abu Al Haura` Rabi'ah bin Syaiban mengatakan hal ini yaitu: "Beliau mengucapkan ketika melakukan qunut dalam witir." dan ia tidak menyebutkan: "Aku mengucapkannya dalam witir." .....[17]

Juga diriwayatkan dalam Sunan Tirmidzi 426; Sunan Nasa'i 1.725; Sunan Ibnu Majah 1.168; Sunan Darimi 1.544, 1.545l; Musnad Ahmad 1.625

 

سنن ابن ماجه ٣٨٢٠: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ سَنَةَ إِحْدَى وَثَلَاثِينَ وَمِائَتَيْنِ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ فِي سَنَةِ خَمْسٍ وَتِسْعِينَ وَمِائَةٍ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ فِي مَجْلِسِ الْأَعْمَشِ مُنْذُ خَمْسِينَ سَنَةً حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ الْجَمَلِيُّ فِي زَمَنِ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ الْمُكَتِّبِ عَنْ قَيْسِ بْنِ طَلْقٍ الْحَنَفِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُعَائِهِ رَبِّ أَعِنِّي وَلَا تُعِنْ عَلَيَّ وَانْصُرْنِي وَلَا تَنْصُرْ عَلَيَّ وَامْكُرْ لِي وَلَا تَمْكُرْ عَلَيَّ وَاهْدِنِي وَيَسِّرْ الْهُدَى لِي وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ رَبِّ اجْعَلْنِي لَكَ شَكَّارًا لَكَ ذَكَّارًا لَكَ رَهَّابًا لَكَ مُطِيعًا إِلَيْكَ مُخْبِتًا إِلَيْكَ أَوَّاهًا مُنِيبًا رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِي وَاغْسِلْ حَوْبَتِي وَأَجِبْ دَعْوَتِي وَاهْدِ قَلْبِي وَسَدِّدْ لِسَانِي وَثَبِّتْ حُجَّتِي وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِي

قَالَ أَبُو الْحَسَنِ الطَّنَافِسِيُّ قُلْتُ لِوَكِيعٍ أَقُولُهُ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ قَالَ نَعَمْ

Sunan Ibnu Majah 3.820: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad -(wafat) tahun dua ratus tiga puluh satu- telah menceritakan kepada kami Waki' -tahun seratus sembilan puluh lima- dia berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan ketika dia di Majlisnya Al A'masy semenjak lima puluh tahun yang lalu, telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Murrah Al Jamali di zamannya Khalid, dari Abdullah bin Al Harits Al Mukattib dari Qais bin Thalq Al Hanafi dari Ibnu Abbas

bahwa Nabi  dalam do'anya beliau mengucapkan: "Wahai Rabbku, tolonglah diriku dan janganlah Engkau sia-siakan aku. Belalah daku dan jangan Engkau biarkan daku. Selamatkan daku dari tipu daya dan janganlah Engkau perdayai aku. Berilah kepadaku hidayah dan mudahkanlah bagiku hidayah itu. Menangkanlah aku atas orang-orang yang berbuat aniaya terhadap diriku. Ya Rabbku, jadikanlah diriku sebagai orang yang bersyukur kepada-Mu, orang yang selalu mengingat-Mu, orang yang takut kepada-Mu, orang yang taat kepada-Mu. Kepada-Mu aku bersimpuh, kepada-Mu aku merintih dan bertaubat. Wahai Rabbku, terimalah taubatku, hapuskanlah kesalahanku, terimalah do'aku, berilah hatiku petunjuk, kuatkanlah lisanku, tetapkanlah pendirianku dan hilangkanlah rasa dengki dari hatiku."

Abu Hasan Ath Thanafisi berkata: "Aku bertanya kepada Waki': "Apakah aku dapat membacanya ketika memboca do'a qunut dalam shalat witir?" dia menjawab: "Ya, boleh." .....[18]

 
b.   Qunut Shubuh
 

صحيح البخاري ٢٧١٥: حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ ذَكْوَانَ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو فِي الْقُنُوتِ اللَّهُمَّ أَنْجِ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ اللَّهُمَّ أَنْجِ عَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ اللَّهُمَّ سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ

Shahih Bukhari 2.715: Telah bercerita kepada kami Qabishah telah bercerita kepada kami Sufyan dari Ibnu Dzakwan dari Al A'raj dari Abu Hurairah رضي الله عنه berkata:

Adalah Nabi  membaca do'a qunut (yang artinya): "Ya Allah, tolonglah Hisyam. Ya Allah tolonglah Al Walid bin Al Walid. Ya Allah, tolonglah 'Ayyasy bin Abi Rabi'ah. Ya Allah, tolonglah orang-orang yang lemah dari kalangan orang-orang beriman. Ya Allah, keraskanlah siksaan-Mu kepada (suku) Mudhar. Ya Allah timpakanlah kepada mereka kekeringan sebagaimana kekeringan yang menimpa (kaum) Nabi Yusuf". )." .....[19]

Juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari 3.134, 4.194, 5.732, 6.427; Sunan Nasa’i 1.063; Sunan Ibnu Majah 1.234; Musnad Ahmad 6.962, 7.345, 8.785, 8.917, 9.045, 9.692, 10.117

 

صحيح البخاري ٧٥٥: بَاب حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

لَأُقَرِّبَنَّ صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْنُتُ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ وَصَلَاةِ الْعِشَاءِ وَصَلَاةِ الصُّبْحِ بَعْدَ مَا يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَيَدْعُو لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَلْعَنُ الْكُفَّارَ

Shahih Bukhari 755: Bab. Telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Fadlalah berkata: telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata:

"Aku akan contohkan shalatnya Nabi ." Abu Hurairah رضي الله عنه membaca do'a qunut pada rakaat terakhir dalam shalat Dhuhur, shalat 'Isya dan shalat Shubuh setelah mengucapkan 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH' (semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya). Maka dia mendo'akan Kaum Mu'minin dan melaknat orang-orang kafir. .....[20]

 
c.   Mengangkat tangan
 

Telah menceritakan kepada kami Hasyim dan 'Affan secara makna, mereka berdua berkata: telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Tsabit berkata:

..... فَقَالَ أَنَسٌ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَدَ عَلَى شَيْءٍ قَطُّ وَجْدَهُ عَلَيْهِمْ فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا عَلَيْهِمْ

..... Anas berkata: "Tidaklah kulihat Rasulullah  sedemikian sedih sebagaimana kesedihan beliau atas tragedi yang mereka alami. Dan kulihat Rasulullah  dalam shalat shubuh beliau mengangkat kedua tangannya mendoakan kecelakaan atas mereka. (Musnad Ahmad 11.953) ......[21]

 
d.   Diaminkan
 

Telah menceritakan kepada kami Abdush Shamad dan 'Affan keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Tsabit dari Hilal dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata:

..... يَدْعُو عَلَيْهِمْ عَلَى حَيٍّ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ

..... Beliau mendoakan keburukan atas mereka, yakni (beberapa) kabilah dari bani Sulaim, yaitu Ri'l, Dzakwan dan Ushayyah, orang-orang yang ada di belakang beliau mengamini (Musnad Ahmad 2.610) ......[22]

Juga diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud 1.231; Shahih Ibnu Khuzaimah 618

PEMBAHASAN

Qunut ditinjau dari sirah bahwa asbabul wurudnya dikarenakan adanya invasi (penyerangan) terhadap kaum muslimin di Bi'rul Ma'unah dengan dibunuhnya 70 qurra' (para ahli al Qur'an) sedangkan qunut witir tidak ada asbabul wurudnya hanya memang karena Allah mensyariatkan melalui nabi-Nya.

Qunut witir sebagaimana hadits.....[8] telah sharih menyebutkan dilakukan sebelum ruku’, namun selain untuk mempertegas juga untuk memberikan adanya pemahaman tertentu, maka dimunculkan hadits .....[15] yang menyebutkan tentang (membaca do'a) qunut sebelum ruku'. Aku katakan: "Seseorang berpendapat bahwa anda mengatakan qunut setelah ruku'?" Maka dia menjawab: "Orang itu berdusta." Kemudian dia .....

Hadits .....[15] menyebutkan “berdusta” yang artinya tegas penyangkalan qunut setelah ruku’ sekaligus penegasan qunut sebelum ruku’ yang dipastikan tidak lain adalah qunut witir yaitu hadits.....[8]. Sedangkan qunut yang dilakukan setelah ruku’ sebagaimana kalimat berikutnya dan pada riwayat lain disebutkan hanya qunut atau qunut shubuh yang bermakna sebagaimana dijelaskan nanti di bawah.

Qunut witir dilakukan selama setengah bulan terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana hadits .....[3]

Bacaan qunut witir sebagaimana hadits .....[17 dan 18]. Ketika dilakukan secara berjamaah, maka pilih doa yang paling ringan yaitu .....hadits [17] dan dibaca sirri (tidak bersuara/ hanya gerakkan bibir) baik imam maupun makmum. Hal ini dikarenakan hadits ini hanya diriwayatkan dengan sifat diajarkan bukan mendengar. Ketika niat, doa, dzikir atau amalan berupa bacaan jika diriwayatkan dengan sifat mendengar dipastikan dibaca dengan jahr. Begitu pun dengan niat, doa dan dzikir yang diriwayatkan dengan sifat diajarkan dipastikan dibaca dengan sirri, kecuali matannya menjelaskan lain. Sebagai penegas dibaca sirri bahwa saya pastikan tidak adanya hadits mau pun atsar yang meriwayatkan bacaan "AMIN" untuk qunut witir kecuali maudhu'.

Juga karena tidak ditemukan satu pun hadits tentang posisi tangan ketika membaca qunut witir, maka keadaanya sebagaimana posisi sebelumnya yaitu ketika membaca ayat al Qur'an dengan bersedekap, karena tidak adanya perintah melakukan gerakan berikutnya.

Qunut Shubuh dalam penyebutannya tidaklah bermakna kekhususan sebagaimana dalam asbabul wurudnya, dikarenakan awal dilakukan qunut pada waktu shalat fajar (shubuh) sehingga qunut ini lebih sering disebut qunut shubuh seperti pada hadits .....[2]. Pada hadits-hadits yang menyebutkan qunut shubuh, qunut shalat Isya'qunut saja, qunut selama sebulan, qunut setelah ruku’ dan qunut shalat 5 (lima) waktu semua mengacu pada satu maksud yaitu adanya peristiwa pembunuhan 70 qurra' yang artinya bermakna sama. Terkecuali kata qunut saja yang bisa juga bermakna lain sebagaimana dijelaskan nanti di bawah.  Selain itu, dalam pengamalannya juga bermakna tidak mengkhususkan hanya dilakukan ketika shalat shubuh saja tetapi juga pada shalat 5 (lima) waktu yang lain sebagaimana hadits.....[12, 13 dan 14].

Juga merujuk hadits .....[15 dan 16] dengan matan menyebutkan qunut setelah ruku’, dalam riwayat lain menyebutkan qunut saja dan juga menyebutkan qunut shubuh, maka apa pun penyebutannya hanya menunjukkan makna doa. Penetapan pembeda qunut yaitu pada lafas doa dan di mana letak pelaksanaannya, ketika dilakukan sebelum ruku’ maka dipastikan itu adalah qunut witir dan jika dilakukan setelah ruku’ dipastikan sebagaimana qunut dalam asbabul wurud atau qunut shalat 5 (lima) waktu dan lebih familier dengan sebutan qunut nazilah oleh ulama pendahulu kita.

Tentang qunut shubuh, lafasnya sebagaimana dicontohkan hadits .....[19], tinggal mengganti pelaku baik perorangan dan kaumnya sesuai dengan yang terjadi saat itu yang merupakan cerminan dari hadits .....[20]

Hal ini juga sebagai penegas bahwa qunut shubuh ini hanya dilakukan ketika adanya konfrontasi atau bentrok fisik antara kaum muslimin dan kaum musyrikin dengan durasi sebagaimana dijelaskan di bawah. Maka setiap generasi, frekuensi pelaksanaan qunut shubuh ini berbeda-beda berdasarkan kejadian, bisa sering, jarang bahkan tidak sama sekali.


Dan ini bantahan bahwa pengamalan qunut nazilah dalam shalat sama sekali tidak berdasar, buktinya ketika terjadi topan (angin kencang) bencana kekeringan, kebanjiran, gempa bumi dan wabah penyakit tidak berqunut dalam shalat mana pun tetapi diturunkannya syariat shalat istisqa' (minta hujan) atau sebagaimana hadits di bawah:

سنن ابن ماجه ٣٧١٧: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الزُّرَقِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُسُبُّوا الرِّيحَ فَإِنَّهَا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ تَأْتِي بِالرَّحْمَةِ وَالْعَذَابِ وَلَكِنْ سَقَالَ لُوا اللَّهَ مِنْ خَيْرِهَا وَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا

Sunan Ibnu Majah 3.717: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Al Auza'i dari Az Zuhri telah menceritakan kepada kami Tsabit Az Zuraqi dari Abu Hurairah dia berkata:
Rasulullah  bersabda: "Janganlah kalian mencela angin, sebab ia merupakan hembusan Allah yang dapat mendatangkan rahmat dan juga azab, akan tetapi mohonlah kepada Allah dari kebaikannya dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya."

صحيح البخاري ٣٣١٧: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ أَنَسٍ وَعَنْ يُونُسَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ

أَصَابَ أَهْلَ الْمَدِينَةِ قَحْطٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَيْنَا هُوَ يَخْطُبُ يَوْمَ جُمُعَةٍ إِذْ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْكُرَاعُ هَلَكَتْ الشَّاءُ فَادْعُ اللَّهَ يَسْقِينَا فَمَدَّ يَدَيْهِ وَدَعَا قَالَ أَنَسٌ وَإِنَّ السَّمَاءَ لَمِثْلُ الزُّجَاجَةِ فَهَاجَتْ رِيحٌ أَنْشَأَتْ سَحَابًا ثُمَّ اجْتَمَعَ ثُمَّ أَرْسَلَتْ السَّمَاءُ عَزَالِيَهَا فَخَرَجْنَا نَخُوضُ الْمَاءَ حَتَّى أَتَيْنَا مَنَازِلَنَا فَلَمْ نَزَلْ نُمْطَرُ إِلَى الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى فَقَامَ إِلَيْهِ ذَلِكَ الرَّجُلُ أَوْ غَيْرُهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ تَهَدَّمَتْ الْبُيُوتُ فَادْعُ اللَّهَ يَحْبِسْهُ فَتَبَسَّمَ ثُمَّ قَالَ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا فَنَظَرْتُ إِلَى السَّحَابِ تَصَدَّعَ حَوْلَ الْمَدِينَةِ كَأَنَّهُ إِكْلِيلٌ
Shahih Bukhari 3.317: Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Hammad dari 'Abdul 'Aziz dari Anas dan Yunus dari Tsabit dari Anas  رضي الله عنه berkata:
Penduduk Madinah ditimpa kekeringan pada jaman Rasulullah . Ketika beliau sedang menyampaikan khuthbah pada hari (shalat) Jum'at tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri lalu berkata: "Wahai Rasulullah, binatang ternak semua binasa dan kehidupan telah menjadi sulit, maka berdo'alah kepada Allah agar menurunkan air untuk kita!" Maka Beliau menengadahkan kedua telapak tangan beliau dan berdo'a. Anas berkata: "Saat itu langit bagaikan kaca yang bening lalu datang angin yang menggiring awan, awan itu berkumpul maka langit pun mengirimkan mulut-mulut geribanya (maksudnya hujan deras). Kami kontan keluar (dari masjid) dan tercebur ke dalam air yang banjir sampai kami tiba di rumah-rumah kami dan hujan masih saja terus mengguyur sampai Jum'at berikutnya. Lalu laki-laki tersebut atau orang lain berdiri seraya berkata: "Wahai Rasulullah, rumah-rumah telah menjadi rusak (karena banjir), maka berdo'alah kepada Allah agar menghentikan hujan!" Maka Beliau tersenyum kemudian bersabda: "HAWAALAINAA WALAA 'ALAINAA" (Ya Allah, pindahkanlah hujan di sekitar kami dan jangan Engkau jadikan hujan yang membinasakan kami). Kemudian aku melihat awan berpencar-pencar di sekitar Madinah bagaikan mahkota di kepala.

سنن الدارمي ٣٠:  أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْجَوَّابِ عَنْ عَمَّارِ بْنِ رُزَيْقٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ زُلْزِلَتْ الْأَرْضُ عَلَى عَهْدِ عَبْدِ اللَّهِ فَأُخْبِرَ بِذَلِكَ فَقَالَ

إِنَّا كُنَّا أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ نَرَى الْآيَاتِ بَرَكَاتٍ وَأَنْتُمْ تَرَوْنَهَا تَخْوِيفًا .....
Sunan Darimi 30: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Abu Al Jawwab dari 'Amar bin Ruzaiq dari Al A'masy dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah ia berkata; telah terjadi gempa pada masa Abdullah dan kejadian tersebut diberitahukan kepada Abdullah lalu beliau berkata:
Kami para shahabat menganggap tanda-tanda (kebesaran Allah سبحانه و تعال) sebagai suatu keberkahan, sementara kalian menganggapnya sebagai hal yang menakutkan.....

Mengenai mengangkat tangan ketika qunut shubuh, maka boleh diqiyaskan sebagaimana shalat istisqa' atau keumuman dalam berdoa karena tidak adanya perintah secara khusus.

Untuk mengaminkan qunut shubuh, boleh diqiyaskan sebagaimana mengaminkan al-Fatihah yaitu di akhir doa.

Yo kita intip kembali sekilas tentang khilafiah qunut shubuh!

Hadits yang sampai ke Imam Syafi’i adalah sama atau semakna dengan hadits .....[9 dan 19] dan satunya sama dengan hadits .....[11] yang dengannya beristidlal dan diamalkan setiap shalat Shubuh setelah ruku' adalah bentuk keistiqamahan beliau sebagai ahli sunnah. Sekiranya beliau menerima hadits sebanyak yang saya hadirkan pastilah beliau akan berhujjah dengannya.

Dari hadits di bawah yang hanya menyebutkan qunut saja pun menafikan tegas apa yang dimaksud imam Syafi’i dengan dihukumi bid’ah.

 

سنن النسائي ١٠٧٠: أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ خَلَفٍ وَهُوَ ابْنُ خَلِيفَةَ عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ

صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَقْنُتْ وَصَلَّيْتُ خَلْفَ أَبِي بَكْرٍ فَلَمْ يَقْنُتْ وَصَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ فَلَمْ يَقْنُتْ وَصَلَّيْتُ خَلْفَ عُثْمَانَ فَلَمْ يَقْنُتْ وَصَلَّيْتُ خَلْفَ عَلِيٍّ فَلَمْ يَقْنُتْ ثُمَّ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنَّهَا بِدْعَةٌ

Sunan Nasa'i 1070: Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dari Khalaf bin Khalifah dari Abu Malik Al Asyja'i dari bapaknya dia berkata:
"Aku pernah shalat di belakang Rasulullah , dan beliau tidak qunut. Aku juga pernah shalat di belakang Abu Bakar, dan ia tidak qunut. Aku pernah shalat di belakang Umar, dan beliau tidak qunut. Aku pernah shalat di belakang Utsman, dan beliau tidak qunut. Aku juga pernah shalat di belakang Ali, dan beliau juga tidak qunut. Kemudian ia berkata: 'Wahai anakku, itu adalah bid'ah."  .....[22]
Juga diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban 1.989

Apakah yang dimaksud hadits .....[22] ini adalah qunut witir? Dipastikan tidak mungkin, apa sebab? Jika dimaksud hadits ini qunut witir, maka hadits .....[3 dan 8] tidak mungkin ada. Berarti dipastikan adalah qunut shalat 5 (lima) waktu (qunut shubuh)!!! Lebih tidak mungkin!!! Lantas qunut yang mana?, sedangkan yang ada hanya kedua qunut tersebut.

Perhatikan hadits .....[5, 6, 7] bahwa qunut ini pernah dilakukan dengan durasi 20 hingga 40 hari yang diperkuat hadits .....[9 dan 10]  yang menyebutkan ditinggalkan dan dipertegas hadits [11] yang menyebutkan sebentar. Lalu apakah yang dimaksud melakukan kebid’ahan dalam qunut ini pada hari ke 41 dan seterusnya? Tidak mesti seperti itu!!!

Ketika terjadi konfrontasi atau bentrokan fisik antar kaum muslimin dengan kaum musyrikin, maka shalat shubuhnya mulai membaca qunut juga pada shalat 5 (lima) waktu lainnya hingga diketahui kaum musyrikin telah binasa (sebagaimana hadits .....[18] klik link 👉QUNUT SYAFI'I) atau maksimal 40 hari dan setelahnya wajib dihentikan karena itu sudah mutlak prerogatif Allah sebagaimana hadits .....[9]. Setelah diketahuinya kaum musyrikin binasa atau setelah 40 hari masih juga dilakukan qunut, maka inilah yang dimaksud kebid’ahan dalam qunut. Agar mudah diingat, sebut saja qunut over dosis. Kalau qunut over dosis saja sudah dibid’ahkan apalagi yang lain. Qunut Shubuh pun wajib dihentikan sebelum hari ke 40 jika terjadi genjatan senjata atau perdamaian dan jika dilakukan, maka ini juga termasuk bid'ah.

Kebid’ahan ini apakah ditujukan kepada Imam Syafi’i? Sudah dipastikan mustahil, karena beliau saat itu belum lahir, lantas siapa? Produk hukum ini yang menelorkan adalah shahabat, maka cakupan rentang waktu hanyalah peristiwa yang pernah terjadi hingga saat itu. Jika Rasulullah, jangankan zaman Imam Syafi'i bahkan lintas generasi/zaman hingga akhir zaman pun bukanlah suatu keniscayaan.

Shahabat Thariq bin Asyyam bin Mas’ud sebagai perawi awal ketika mengatakan berita ini kepada anaknya, sudah dipastikan Rasulullah  telah wafat, ini ditandainya dengan diimaminya shalat oleh khulafa'ur rasyidin. Siapakah orang-orang yang hidup saat itu? Yaitu para shahabat dan tabi’in. Hadits ini tidak mungkin muncul jika tidak ada pelakunya, maka yang patut dituduh pelaku bid’ah ketika itu adalah para tabi’in dan tidak mungkin para shahabat. Hal ini ditandai dengan disebutnya khulafa'ur rasyidin sebagai imam shalat dan pasti juga tidak dilakukan olah makmumnya. Para shahabat adalah orang yang paling paham amalan Rasulullah yang pendapatnya bisa dijadikan dalil sebagaimana hadits ini. Hal ini juga menggaris bawahi bahwa pendapat atau amalan tabi’in bukanlah kepastian hukum. Maka ketika pendapat atau amalan tabi’in menyelisihi pendapat shahabat apalagi Rasulullah ini sudah tergolong bid’ah. Kecuali si tabi’in menerima kabar yang shahih dari Rasulullah via shahabat lain dan justru pendapat Shahabat yang menyelisihi amalan Rasulullah, yang tentunya ini memerlukan pembuktian yang akurat dan logis. Kejadian seperti ini dipastikan sangat langka bahkan bisa jadi tidak ada, maka secara hukum bisa diabaikan.

Hadits-hadits yang menyebutkan qunut shubuh yang pengamalannya bermakna khusus dengan ini dinyatakan dha'if dan yang telah dinilai dha’if, maka dipertegas kedha’ifannya sedangkan yang tidak, maka akan terangkat derajatnya dengan pembahasan ini, juga dengan adanya hadits .....[13 atau 20].

KESIMPULAN

Qunut dalam shalat ada 2 (dua) yaitu sebelum dan sesudah ruku’.

Qunut sebelum ruku’ yaitu qunut witir yang dilakukan di setengah bulan akhir Ramadhan.
Qunut setelah ruku’ yang salah satunya dinamai qunut Shubuh yang dilakukan hanya jika adanya konfrontasi (bentrokan fisik) antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin yang dilakukan pada shalat fardhu 5 (lima) waktu maksimal selama 40 (empat puluh) hari.
Qaidah dalam pemaknaan qunut yaitu nahwu bahasa Arab bahwa: ada satu kata mempunyai multi makna dan saya menggunakan pilihan lain bahwa ada banyak kata yang bermakna tunggal dalam penamaan qunut Shubuh.
Amalan yang berupa bacaan yang diriwayatakan bersifat mendengar dibaca jahr sedangkan yang bersifat diajarkan, maka dibaca sirri, kecuali matannya menjelaskan lain.
Kalau amalan tabi’in yang menyelisihi sunnah sudah dikategorikan bid’ah, maka tentunya sangat relevan disandangkan kepada orang-orang setelahnya.

JANGAN OVER DOSIS YA ......111
 
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”

تَرَكْتُكُمْ عَلَى البَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِ هَا  .......

“Saya tinggalkan kalian dalam keadaan terang benderang, malamnya bagaikan siangnya ........”

 

Wallahu a’lam bish shawwab

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَالرَّحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Muara Bulian (Jambi), 28 Zulhijjah 1442 H

اَبِى اَكْبَر الخَتَمِي

email 1: agung_swasana@outlook.co.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar